Jakarta, Mobilitas – Jumlah kasus kecelakaan lalu-lintas terbanyak selama periode sepuluh bulan pertama 2024 itu adalah kecelakaan lalu-lintas yang melibatkan sepeda motor dan kendaraan angkutan barang.
Data yang dihimpun Integrated Road Safety Management System (IRSMS) Korps Lalu-lintas Polri yang disitat Mobilitas di Jakarta, Selasa (3/12/2024) menunjukkan di kurun waktu Januari – Oktober 2024 itu jumlah kasus kecelakaan lalu-lintas di indonesia sebanyak 220.647 kejadian. Dari kejadian sebanyak itu, 22.970 orang yang terlibat meninggal dunia.
Fakta data juga memperlihatkan, dari total jumlah kecelakaan tersebut, terbanyak adalah kecelakaan sepeda motor yang mencapai 169.559 kasus. Kemudian kendaraan angkutan barang (pick up hingga truk) sebanyak 22.609 kejadian, dan kendaraan angkutan orang (minibus hingga bus besar) yang sebanyak 17.651 kejadian.
Selain terdapat kasus kecelakaan yang melibatkan mobil penumpang (mobil pribadi) sebanyak 5.262 kasus. Lalu, kecelakaan lalu-lintas yang melibatkan kendaraan tidak bermotor (sepeda dan lainnya) sebanyak 3.223 kasus, dan yang tidak terdeteksi 1.555 kasus.
Ihwal penyebab peristiwa kecelakaan itu, pengamat transportasi yang juga mantan Kasubdit Gakkum Ditlantas Polda Metro Jaya, Budiyanto, menyebut faktor manusia masih menjadi penyebab utama. Kemudian faktor kondisi alam atau lintasan setempat.
“Faktor manusia menjadi penyebab utama. Kesalahan pengemudi itu antara lain memcau kendaraan melebihi batas yang mengakibatkan mereka tidak bisa mengendalikan kendaraan ketika ada kondisi darurat. Kemudian melanggar rambu atau aturan yang semestinya termasuk mengangkut muatan yang melebihi batas sehingga daya dukung teknologi penunjang keamanan kendaraan tidak mampu menopang. Jadi intinya faktor disiplin dan kesadaran,” papar Budiyanto saat dihubungi Mobilitas di Jakarta, Selasa (3/12/2024).
Penyebab lainnya adalah faktor alam. Misalnya, jalanan rusak yang menyebab kendaraan tidak stabil. Kemudian akibatcurah hujan yang tinggi sehingga daya cengkeram roda berkurang drastis,
“Dan yang ketiga adalah karena faktor teknis, yaitu kondisi kendaraan yang telah aus. Terutama sistem pengereman, ban yang sudah tidak layak sehingga pecah, dan lainnya. Semua itu juga menyangkut kedisiplinan manusia yang menggunakannya apakah rtuin mengecek dan merawat kendaraan, dan kesadaran bahwa keselamatan adalah hal yang paling utama dalam berkendara,” tandas Budiyanto. (Jrr/Aa)