Jakarta, Mobilitas – Mobil yang terjual di Australia saat ini semuanya berasal dari impor, karena di negara itu tidak ada pabrikan yang memproduksinya.
Data Federal Chamber of Automotive Industries (FCAI) yang dikutip Mobilitas, di Jakarta, Jumat (6/10/2023) menunjukkan penjualan mobil di Negeri Kanguru itu terus meningkat. Maklum, meski hanya berpenduduk 26,5 juta jiwa lebih, namun tingkat konsumsi termasuk penggunaan mobil di negara itu cukup tinggi.
Sepanjang Januari hingga September 2023 ini, FCAI mencatat sudah 899.286 mobil terjual di negara tersebut. Jumlah ini meningkat 10,9 persen dibanding penjualan mobil yang tercatat di periode sama pada 2022.
Fakta juga berbicara, selama sembilan bulan pertama itu, mobil jenis Sport Utility Vehicle (SUV) menjadi mobil paling laris di Australia. Total penjualannya mencapai 505.581 unit, atau 56 persen dari total jumlah mobil yang terjual di negeri itu pada Januari – September 2023.
Menariknya, SUV terlaris bukan mobil buatan Toyota melainkan mobil listrik buatan Tesla Inc yakni Tesla Model Y dengan total penjualan 23.457 unit. Mobil ini diimpor secara utuh (CBU) dari Republik Rakyat Cina, karena Tesla memiliki pabrik di Shanghai.
Lantas bagaimana dengan Indonesia , sebagai negara tetangga dekat Australia memanfaatkan pasar negara itu yang sangat potensial untuk ekspor?
“Sampai saat ini, sejak Februari 2022, baru mobil Toyota yaitu Toyota Fortuner yang dikirim ke sana,” ungkap Ketua I Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), Jongkie Sugiarto, saat dihubungi Mobilitas, di Jakarta, Jumat (6/10/2023).
Padahal, lanjut Jongkie Indonesia memiliki peluang dan keuntungan besar untuk ekspor mobil CBU ke Australia karena antara negara itu dengan Indonesia. “Indonesia punya kerjasama bilateral dengan Australia, melalui Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA). Tentu ada pengecualian-pengecualian soal tax (pajak) dan sebagainya,” papar Jongkie.
Selain itu, secara geografis, Indonesia juga lebih dekat dengan Australia ketimbang Thailand, Jepang, Cina, dan negara-neagar Eropa. Faktor kedekatan geografis ini berpengaruh terhadap waktu pengiriman mobil berikut ongkos logistik atau pengiriman.
Hanya, lanjut dia, soal keputusan ekspor atau tidak sangat tergantung masing-masing pabrikan di Tanah Air. Khususnya, restu dari prinsipal mereka untuk melakukan ekspor dari Indonesia, sebab soal ekspor sangat terkait erat dengan strategi kebijakan global mereka. (Din/Aa)