Petugas SPBU Pertamina tengah mengisikan BBM Pertalite ke sebuah sepeda motor - dok.Istimewa

Jika Harga Pertalite Naik, Penjualan Motor hingga Bengkel Rawan Jeblok

Arif Arianto
2 Min Read

Jakarta, Mobilitas – Sampai Kamis (1/9/2022) kenaikkan harga BBM belum diumumkan.

Sebelumnya, sejumlah pejabat tinggi memberi sinyal pemerintah akan mengumumkan kenaikkan harga BBM Bersubsidi – Solar dan Pertalite – pada akhir Agustus 2022. Namun, nyatanya, sampai dengan pukul 01.00 WIB, Kamis (1/9/2022) belum ada woro-woro resmi soal itu.

Kendati begitu, Peneliti Alpha Research Database, Ferdy Hasiman, meyakini penaikkan harga BBM subsidi di Tanah Air hanyalah soal waktu saja. Sebab, mengerek harga merupakan solusi termudah bagi di tengah tekanan terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang terancam tekor.

Sebelumnya, Jumat (28/8/2022), Menteri Keuangan Sri Mulyani menegaskan kuota BBM bersubsidi bakal habis pada Oktober. Karena sampai dengan Juli dari 23,05 juta kiloliter kuota Pertalite sudah tersalur 73% dan solar 65%.

“Kalau habis, maka mau tidak mau ada penambahan pengadaan BBM itu, yang otomatis anggaran subsidi Rp502,4 triliun habis harus di tambah lagi Rp 195,6 triliun. Itu kata Sri Mulyani lho, yang selaku bendara negara ini,” ungkap Ferdy Hasiman saat dihubungi Mobilitas, di Jakarta, Kamis (1/9/2022).

Hanya, kata Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira meyakini jika pemerintah nekat menaikkan harga BBM bersubsidi, inflasi bakal melonjak dan jumlah orang miskin menanjak. Sebab, lanjut dia, masyarakat di bulan Juli saja inflasi 5% setelah harga pangan naik.

Ilustrasi, perbaikan sepeda motor di bengkel umum – dok.Mobilitas

“Karena itu, kalau harga BBM dikerek maka tekanan ekonomi terhadap 40% kalangan rumah tangga bawah, akan semakin berat. Data BPS menunjukkan sampai Maret 2022, tingkat kemiskinan 9,54% atau 21,16 juta orang. Kalau harga BBM Pertalite dan Solar naik 30%, maka kemiskinan bisa kembali menjadi 10%,” kata Bhima saat dihubungi Mobilitas di Jakarta, Kamis (1/9/2022).

Kemiskinan itu paralel dengan tingkat daya beli yang melemah dan berpengaruh terhadap sejumlah sektor, termasuk otomotif. Dalam penjualan produk otomotif, sebut Bhima, segmen pasar yang paling rentan terdampak adalah segmen kendaraan roda dua.

“Begitu pula dengan sektor pendukung otomotif seperti leasing, toko suku cadang, sampai bengkel,” imbuh dia. (Jrr/Swe/Aa)

Mengawali kiprah di dunia jurnalistik sebagai stringer di sebuah kantor berita asing. Kemudian bergabung dengan media di bawah grup TEMPO Intimedia dan Detik.com. Sejak 2021 bergabung dengan Mobilitas.id

Share This Article