Seoul, Mobilitas – Kim Gwang-ho, adalah seorang yang benar-benar dan nekat melawan arus meski dia tahu persis risiko yang bakal diterimanya. Dengan idealismenya yang menyala demi menyelamatkan jiwa orang banyak, pria (yang kini berusia 55 tahun) ini nekat membongkar aib perusahaan tempatnya bekerja, Hyundai Motor.
Sebagai seorang insinyur, Kim tahu persis mesin mobil (Theta II) yang dipakai mobil buatan Hyundai Motor dan anak perusahaanya – Kia Motors – mengandung cacat dan rawan menimbulkan kebakaran. Kim juga mengetahui pabrikan tempatnya bekerja selama 26 tahun itu tak bergegas melakukan perbaikan dan bahkan cenderung abai.
Dia pun melaporkan fakta tersebut ke otoritas pengawasan kualitas produk di Korea Selatan serta Lembaga Keselamatan Jalan Raya Nasional (NHTSA) Amerika Serikat pada tahun 2016. Maklum, populasi mobil Hyundai dan Kia pengguna mesin Theta II di Negeri Paman Sam jumlahnya tak sedikit.
Seperti dilaporkan Reuters dan The Wall Street Journal, tak lama setelah Kim membongkar aib itu, pemilik mobil di AS pun berani melaporkan apa yang mereka alami ke NHTSA. Akibatnya, Kim harus menerima kenyataan pahit. Dia dipecat, dan Hyundai membantah semua apa yang ia beberkan.
“Jika seseorang berperingkat lebih tinggi dari Anda mengatakan bahwa Anda harus melakukan sesuatu maka Anda melakukannya Tidak boleh ada pertanyaan yang diajukan. Korea Selatan menderita budaya hierarkis perusahaan yang kaku. Jika Anda berbicara kembali dengan bos terus terang, Anda akan dipecat,” papar Kim dalam sebuah wawancara dengan New York Times, April lalu.
Namun, otoritas keselamatan dan anggota kongres Amerika Serikat telah berterima kasih kepadanya. Begitu pula dengan masyarakat di negeri adidaya itu. Terlebih di negara tersebut telah berlaku Undang-Undang Pelapor Keselamatan Kendaraan Bermotor sejak tahun 2015.
Banyak kasus
Fakta berbicara, ternyata cacat pada mesin tersebut telah menimbulkan masalah dan dialami oleh pemilik kendaraan.Tercatat, hingga tahun 2018, NHTSA telah menerima laporan 3.100 mobil (Hyundai dan Kia) yang terbakar gegara mesin yang bermasalah itu, dan menyebabkan 103 orang terluka serta satu orang meninggal.
Setelah dilakukan penyelidikan atas laporan dari Kim itu, akhirnya pada tahun 2020, Hyundai Kia di Negeri Paman Sam itu didenda US$ 210 juta atau sekitar Rp 2,99 triliun lebih. Sebab kedua pabrikan yang berada di bawah payung grup Hyundai Motor itu dinilai telah terbukti gagal melakukan perbaikan mesin secara tepat waktu.
Selain itu, lebih dari 4,7 juta unit mobil Hyundai dan Kia yang menggunakan mesin Theta II juga ditarik (recall) dan 3,7 juta unit diinstal ulang. Penarikan dan penginstalan ulang itu dilakukan Hyundai dan Kia sebagai bagian dari kampanye peningkatan kualitas produk.
Ganjaran
Sebagai penghargaan atas dedikasi dan keberaniannya, NHTSA memberinya hadiah senilai US$24 juta atau sekitar Rp 342,2 miliar (kurs US$ 1 = Rp 14.258,95) kepada Kim. Ganjaran itu disebut sebagai yang terbesar dalam kasus pelapor di sektor otomotif secara global, dan Kim adalah orang pertama yang menerimanya.
“Saya senang bahwa saya telah diberi kompensasi yang adil atas risiko yang saya ambil untuk melindungi pemilik mobil yang rusak ini. Dan saya bersyukur bahwa sistem hukum AS memiliki program untuk memungkinkan ini,” ujar Kim dalam sebuiah pernyataan seperti dikutip Reuters.
Ganjaran itu untuk Kim itu diajukan oleh Regulatory Whistleblower Program. Lembaga nirlaba ini bertujuan untuk membantu polisi di industri otomotif dengan memberi penghargaan kepada penyedia informasi tentang pelanggaran keselamatan.
“Pelapor yang berhasil mendapatkan bagian dalam kisaran 10% – 30% dari denda yang dibebankan kepada perusahaan atau industri otomotif yang terbukti melakukan pelanggaran,” bunyi pernyataan lembaga tersebut.
Meski, hadiah bukanlah tujuan utama Kim untuk membongkar “ketidakberesan” Hyundai Motor. Baginya keselamatan konsumen dan tanggung jawab moral perusahaan adalah hal yang jauh lebih penting.
Lantaran itulah Kim akan membantu orang-orang yang memiliki idealisme seperti dirinya untuk bersuara. Dia akan memberikan pelatihan kepada mereka demi menyelamatkan sesama manusia. (Ara/Berbagai sumber)