Notice: Function _load_textdomain_just_in_time was called incorrectly. Translation loading for the foxiz-core domain was triggered too early. This is usually an indicator for some code in the plugin or theme running too early. Translations should be loaded at the init action or later. Please see Debugging in WordPress for more information. (This message was added in version 6.7.0.) in /var/www/vhosts/mobilitas.id/httpdocs/wp-includes/functions.php on line 6114

Notice: Function _load_textdomain_just_in_time was called incorrectly. Translation loading for the molongui-authorship domain was triggered too early. This is usually an indicator for some code in the plugin or theme running too early. Translations should be loaded at the init action or later. Please see Debugging in WordPress for more information. (This message was added in version 6.7.0.) in /var/www/vhosts/mobilitas.id/httpdocs/wp-includes/functions.php on line 6114
Konsumsi BBM di RI Lebih Boros 40% Dibanding India, Ini Penyebabnya – Mobilitas.id
Ilustrasi, BBM - dok.Istimewa.jpg

Konsumsi BBM di RI Lebih Boros 40% Dibanding India, Ini Penyebabnya

Arif Arianto
2 Min Read

Jakarta, Mobilitas – Ketegasan aturan yang mensyaratkan tingkat efisiensi Bahan Bakar Minyak (BBM) sebuah kendaraan bermotor belum berlaku di Indonesia.

Seperti diungkap analis Institute for Energy Economics and Financial Analysis (IEEFA) Putra Adhiguna yang dihubungi Mobilitas di Jakarta, Senin (6/2/2023) mengatakan, berbeda dengan negara-negara lain – khususnya di Eropa – di Tanah Air belum ada peraturan yang tegas soal konsumsi BBM sebuah kendaraan bermotor yang boleh dipasarkan.

Akibatnya, produk yang dibuat pabrikan (khususnya mobil) tidak selaras dengan dengan upaya efisiensi konsumsi BBM dan penghematan anggaran subsidi.

“Kalau di negara-negara maju kan jelas, mobil yang boleh dijual harus memenuhi syarat tingkat konsumsi BBM-nya 1 liter harus sekian kilometer. Tingkat emisi gas buangnya sekian, kemudian sudah menetapkan larangan penjualan mobil bermesin pembakaran murni kecuali menggunakan teknologi hybrid,” kata Putra.

Akibatnya, banyak mobil yang boros BBM tetap saja laku terjual, sehingga ketika pemiliknya mengisi BBM, pemerintah kesulitan melakukan pembatasan.

Ilustrasi, proses pengisian BBM Pertalite ke mobil di sebuah SPBU Pertamina – dok.Istimewa

“Apalagi membatasi secara tegas sehari hanya sekian liter saja. Sebab, dasar pelarangan sulit ditetapkan. Padahal, jika dari awal mobil yang dijual itu sudah disetel oleh pabrikan, misalnya 1 liter untuk 20 kilometer, atau 15 kilometer, maka permintaan BBM dengan sendirinya juga lebih irit,” papar Putra.

Akibat kondisi ini, target konsumsi BBM nasional seringkali jebol. Volume konsumsi jauh melampaui target yang ditetapkan, dan anggaran subsidi membengkak.

Sebagai contoh, Putra menyebut konsumsi BBM jenis Pertalite sepanjang 2022 lalu yang mencapai 29,91 juta kiloliter (kl). Padahal, jumlah itu sudah dinaikkan dari target semula yang hanya sebesar 23,05 juta kl.

Menurut Putra, saban tahunnya jumlah konsumsi BBM di Indonesia untuk kendaraan bermotor 40% dibanding konsumsi BBM di India. Ini bisa terjadi, kata dia, karena pemerintah India menetapkan kebijakan mobil yang dijual di negeri itu, konsumsi BBM-nya minimal 6 liter untuk 100 kilometer (sementara di Indonesia 8 – 9 liter). (Swe/Aa)

 

Mengawali kiprah di dunia jurnalistik sebagai stringer di sebuah kantor berita asing. Kemudian bergabung dengan media di bawah grup TEMPO Intimedia dan Detik.com. Sejak 2021 bergabung dengan Mobilitas.id

Share This Article