Jakarta, Mobilitas – Menerjang banjir yang sudah dalam kategori rawan memiliki risiko yang besar, mulai dari terjadinya water hammer pada mesin, kabin kemasukan air yang berakibat rusaknya sistem kelistrikan, rawan mengalami kecelakaan, hingga klaim asuransi ditolak.
Mekanik Senior bengkel resmi merek kondang asal Jepang, Hariyono, yang telah berpengalaman menangani mobil rusak akibat menerjang banjir mengatakan water hammer adalah mesin yang rusak akibat air banjir masuk ke dalam sistem pembakaran mesin.
“Jika itu terjadi, maka mobil akan mengalami kerusakan serius pada mesin. Karena piston bisa bengkok, dan blok mesin rusak,” ungkap Hariyono, saat ditemui Mobilitas di Bintaro, Pondok Aren, Tangerang Selatan, Selasa (4/3/2025).
Oleh karena itu, pria yang telah 26 tahun menjadi mekanik mobil ini mewanti-wanti agar tidak berspekulasi dengan terus menggeber mobil jika air bah alias banjir mulai meninggi di sekitar kita, saat tengah berkendara. Ada tiga langkah yang harus dilakukan agar mobil terhindar dari petaka akibat banjir itu.
Pertama, jika ketinggian air telah mencapai tiga perempat ban, maka sesegera mungkin arahkan mobil yang ke tempat yang lebih tinggi. Jika memungkinkan balik arah dan kembali ke tempat yang lebih tinggi atau tidak disapu banjir.
Kedua, jika ternyata air banjir telah mencapai ketinggian grill paling atas atau telah merendam lebih dari setengah ketinggian mobil, maka segera matikan mesin. “Kalau sudah terendam, seperti itu jangan memaksakan diri. Segera matikan mesin karema kalau mesin tetap hidup bisa mengalami water hammer,” jelas Hariyono.
Kedua, matikan sistem kelistrikan. Caranya, lepas kabel negatif di aki agar mobil tidak mengalami korsleting.
Ketiga, jika banjir telah surut dan Anda bisa meneruskan perjalanan, bila memungkinkan bawa mobil ke bengkel. Hal itu untuk memastikan sistem kelistrikan tidak mengalami masalah.
“Tetapi yang paling penting , di saat musim hujan dengan intensitas tinggi seperti sekarang ini adalah, memantau informasi terkait ketinggian air. Karena kondisi alam sering tidak bisa ditebak, meskipun tidak hujan deras tetapi tiba-tiba ada banjir bandang. Dan jika ada informasi, jangan nekat memaksakan diri menerjang banjir,” sarana Haryono. (Epi./Aa)
Mengawali kiprah di dunia jurnalistik sebagai stringer di sebuah kantor berita asing. Kemudian bergabung dengan media di bawah grup TEMPO Intimedia dan Detik.com. Sejak 2021 bergabung dengan Mobilitas.id