London, Mobilitas – Nama Lewis Hamilton kini telah menjelma menjadi sebuah sihir baru bagi anak-anak muda, khususnya pecinta adu kecepatan mobil di berbagai belahan dunia. Betapa tidak, di usianya yang baru 36 tahun, Lewis telah menjadi tokoh papan atas dunia.
Majalah Forbes dan The Sunday Times pada tahun 2020 lalu menobatkannya sebagai atlet Inggris paling tajir dengan nilai kekayaan (per Juni 2020) mencapai £ 224 juta atau sekitar US$ 313 juta. Bahkan, dia melampui David Beckham – yang pada saat pensiun memiliki kekayaan £ 200 juta atau sekitar US$ 279 juta.
Tak hanya itu. Majalah TIMES edisi 2020 mendapuknya sebagai salah satu dari 100 orang paling berpengaruh di dunia. Dan yang paling anyar, pada tahun 2021 ini, Ratu Inggris menganugerahinya gelar bangsawan padanya, sehingga namanya pun diembel-embeli titel “Sir”.
Jika Lewis mendapatkan berbagai penghargaan dan imbalan yang selangit nilainya – menurut Forbes, per Mei 2021 ini gajinya mencapai US$ 55 juta – itu wajar. Di dunia balap, prestasinya memang terbukti.
Dia telah memenangkan tujuh gelar Kejuaraan Pembalap Dunia (jika digabung dengan prestasinya saat bersama Michael Schumacher). Sementara untuk prestasinya secara pribadi, dia telah mencatatkan kemenangan sebanyak 98, posisi terdepan 100 kali dan menapaki podium sebanyak 169 kali.
Dengan sederet prestasi itu, sangat wajar jika bukan hanya dunia olah raga balap saja yang mencoba menggandeng pembalap Formula Satu (F1) untuk Tim Mercedes-Benz ini untuk tujuan bisnis mereka.
Pada 2019, lalu misalnya, dia menandatangani kontrak dua tahun dengan nilai US$ 40 juta setahun, termasuk bonus, sekaligus sponsor dari Vodafone. Lewis juga melakukan kolaborasi rahasia dengan bintang musik pop terkenal, bahkan kerkolaborasi dengan produsen produk fesyen Tommy Hilfiger, Puma, dan lain-lain.
Sejak kecil bertalenta
Prestasi dan pencapaian kejayaan Lewis tidaklah terjadi begitu saja, namun penuh dengan perjuangan yang sungguh-sungguh dan bekerja keras. Masa kecil, pria yang bernama lengkap Lewis Carl Davidson Hamilton, dilalui dengan kegetiran.
Lewis yang lahir di Stevenage, Hertfordshire, Inggris 7 Januari 1985 itu, pada usia dua tahun harus berpisah dengan ayahnya, Anthony Hamilton. Sebab, ibunya memilih bercerai dengan pria keturunan kulit hitam itu, karena menemukan ketidakcocokan.
Ibunya, Carmen Brenda Larbalestier, kemudian menikah lagi. Lewis kecil pun harus tinggal bersama ayah tiri dan dengan dua saudara seibu lain ayah.
Tak cuma itu, Lewis kecil – ketika telah bersekolah – juga kerap mendapatkan perlakuan rasialis dari teman-teman sebayanya. Kulitnya yang hitam, menjadi alasan pembedaan perlakuan.
Meski begitu, Lewis kecil tak berkecil hati. Sebaliknya, dia justeru termotivasi untuk menjadi yang terbaik. Menjadi seorang pembalap terkenal di dunia adalah cita-cita yang ingin diwujudkannya.
Lewis mengungkapkan cita-cita itu kepada ibunya, dan ternyata keinginan itu tak bertepuk sebelah tangan. Sang ibu merestui. Maka sejak usia delapan tahun – atau di tahun 1993 – Lewis telah ikut berlatih balapan Gokart.
Pilihan itu terbukti tak meleset. Sedari awal dia sudah terlihat memiliki kemampuan yang di atas rata-rata. Bahkan, pilihan itu klop antara talenta alias bakat yang ada padanya dengan kemauan yang kuat.
Hanya saja, ibunya sempat khawatir dengan hobi itu, karena takut Lewis akan melalaikan tugasnya untuk bersekolah. Namun dia tetap bersikeras latihan membalap, meski tak lupa dengan tugas sekolahnya.
Kegiatannya membalap semakin menjadi ketika dia berpindah dan tinggal bersama ayah kandungnya, yakni saat usianya 12 tahun. Tiga tahun kemudian, dia semakin aktif di berbagai laga.
Karir yang cemerlang
Lewis membuktikan bahwa dunia balap yang merupakan pilihan jalan hidupnya tidaklah salah. Dalam setiap kesempatan kompetisi yang diikutinya, dia berusaha keras menjadi yang terbaik atau juara, dan ternyata berhasil.
Ketika usianya 15 tahun atau di tahun 2000 di bawah bendera Tim MBM, dia berhasil menjadi juara European Formula A Championship. Dari sembilan seri balalapan dia memenangi 4 seri dengan total poin 75, dan di tahun yang sama dia memenangi Formula A World Cup.
Gekar juara demi juara terus diraihnya. Bahkan prestasi yang dicatatkannya, melebihi dari ukuran pembalap seusianya. Tak heran jika para pemerhati dan penyelenggara balapan menilainya sebagai bocah ajaib.
Singkat cerita, dia – bersama timnya – selalu menjadi juara. Misalnya bersama Manor Motorsport, Formula 3, dan ART Gran Prix. Sehingga, ketika usianya 22 tahun atau di tahun 2007 dia dikontrak tim Vodafone Mercedes-Benz hingga tahun 2012 untuk membalap di laga Formula 1.
Sejak itu, Lewis berhasil membuktikan tajinya. Geklar juara selalu diraihnya. Walhasil, pada tahun 2013 tim Mercedes-Benz mengontraknya. Dan perjalanan karirnya bersama tim ini, dari tahun 2013 – 2019 Lewis berhasil lima kali merebut gelar Juara Dunia balap F1.
Dan yang paling gres, dia berhasil mengukir kembali namanya sebagai Juara Dunia F1 di Bahrain International Circuit pada 28 Maret 2021. Lagi-lagi, dunia teringat akan julukan bocah ajaib yang disandangkan padanya, kala melihat prestasi yang diukirnya.
Meski mendapat sanjungan dan pujian, Lewis tetap rendah hati. Walau menyandang sederet gelar dia tetap peduli dan aktif terhadap permasalahan sosial.
Pada Mei tahun ini, Lewis bahkan didaulat sebagai penerima pertama penghargaan Laureus Athlete Advocate of the Year Award. Anugerah itu diberikan karena dia terbukti aktif dalam perang melawan rasisme di dunia. (Aa/Berbagai sumber)