Tangerang, Mobilitas – Helm adalah perlengkapan penting untuk menunjang keselamatan berkendara, sehingga harus dikenakan pengendara motor. Benda yang berupa pelindung kepala ini tak hanya berfungsi meredam benturan kala terjadi kecelakaan, sehingga meminimalkan risiko luka pada bagian kepala yang merupakan salah satu bagian tubuh terpenting manusia.
Saat ini ada dua model helm – yang fungsinya layak sebagai pelindung kepala secara benar – yakni helm full face (yakni melindungi seluruh bagian kepala) dan helm half face (melindungi sebagai dari bagia kepala. Helm model pertama itu melindungi seluruh bagian dari kepala, mulai dari muka sampai dagu.
Meski dinilai memiliki tingkat perlindungan yang lebih aman karena sistem proteksi yang menyeluruh terhadap kepala, namun jika helm tersebut tidak tepat, baik dalam hal bahan, standar, ukuran, serta bentuk, maka justeru aspek keamanan hilang atau bahkan hilang. Namun, secara ideal helm fulface ini sangat disarankan bagi mereka yang saban hari – atau seringkali – bermotoran jarak jauh, atau hobi turing.
“Helm yang kekecilan ukurannya akan membuat tidak nyaman, begitu pun sebaliknya. Lalu, standar keamanan produk yang tak diketahui jelas, lalu ada helm fullface yang ditambahi beberapa kasesoris untuk keperluan diluar perlindungan seperti untuk motion camer dan lain-lain justeru menyimpang potensi risiko tidak aman,” ujar instruktur safety riding di sebuah diler motor kondang asal Jepang, Abdi Purnama, saat ditemui Mobilitas di lokasi latihan motorcross, Pagedangan, Serpong, Tangerang, Sabtu (23/10/2021).
Tips memilih
Oleh karena itu, Adi memberi tips memilih helm full face yang tepat, aman, sekaligus aman. Meski soal harga, sangat relatif, namun unsur-unsur yang menjadi pertimbangan harus diperhatikan dengan memenusi syarat seperti ini
Pertama, pilihan ukuran yang tepat. Ukuran yang tepat disini, diartikan helm tersebut tidak terlalu kecil atau kekecilan ketika dipakai, sehingga kepala bagian atas, kening serta dagu terasa tertekan.
“Kalau itu terjadi, dan ketika menggeber motor dengan kecepatan tinggi kepala, dagu, kening, akan semakin terasa tertekan. Karena adanya dorongan hambatan angin yang kuat dan menekan helm. Pengguna helm akan terasa pusing dan mengganggu konsentrasi, sehingga berbahaya. Karena itu, saat memilih helm di toko dan fitting (mencoba) sebaiknya kepala digoyang-goyang untuk merasakan apakah helm terasa kecil atau terasa longgar. Pilih yang pas, tidak terlalu kecil dan tidak terlalu longgar,” saran Abdi.
Kedua, pilih produk helm yang telah bertandas SNI (Standart Nasional Indonesia) atau DOT (Departement of Transportation). UPayakan untuk memilih helm dengan logo keduanya – baik SNI maupun DOT – tercetak timbul atau di-emboss.
“Sebab logo tersebutmemastikan bahwa helm yang bersangkutan telah lolos uji kelayakan pemakaian helm dan sekaligus telah tersertifikasi standarnya. Tetapi jika logo itu tidak diemboss dan hanya dilengkapi stiker sebaiknya memastikan bahwa stiker itu asli. Mintalah kepastian dari toko, sebab stiker rawan dipalsukan,” ujar Abdi.
Ketiga, pilih helm dengan kain pelapis busa – di bagian dalam – yang lembut tetapi kuat. Sebab, lapisan kain tersebut selain menyerap keringkat juga melindungi busa dari paparan suhu panas maupun kelembaban.
Dengan terhindar dari dua hal itu, maka helm tidak akan cepat bau ketika beberapa kali dipakai. Selain itu, busanya juga tidak mudah cepat aus. Karena keberadaan busa sangat penting untuk meredam getaran ketika digunakan atau bahkan meredam benturan ketika helm jatuh maupun pengguna mengalami kecelakaan.
Keempat, pilih helm dengan kancing dan tali yang benar. Pastikan kancing atau pengunci tali helm benar-benar aman tetapi mudah dibuka. Sedangkan tali, pastikan hanya berjarak dua jari dari leher atau dagu, sehingga helm tidak akan terlepas dan tali tidak menjerat leher.
Kelima, pilih helm yang menggunakan visor. Sebab, dengan visor itu mata pengguna helm akan terhindar dari terpaan debu, kerikil, angin, dan benda-benda lain yang “Dan lebih bagus lagi jika helm itu menggunakan double visor. Karena tidak silau jika digunakan di siang hari dan tetap memiliki pandangan yang jelas saat digunakan di malam hari,” jelas Abdi. (Jrr/Aa)
Mengawali kiprah di dunia jurnalistik sebagai stringer di sebuah kantor berita asing. Kemudian bergabung dengan media di bawah grup TEMPO Intimedia dan Detik.com. Sejak 2021 bergabung dengan Mobilitas.id