Jakarta, Mobilitas – Selama ini tak sedikit orang – baik biker maupun pembalap sekali pun – yang memiliki anggapan bahwa mengurangi tekanan angin ban motor kala berkendara di tengah guyuran hujan jauh lebih aman. Alasannya, dengan tekanan angin yang berkurang maka titik sentuh permukaan ban ke permukaan jalan juga lebih luas (lebar), walhasil cengkeraman ban terhadap permukaan jalan pun lebih kuat.
Instruktur safety riding Java Adventures, Yuwono Triatmojo, saat dihubungi Mobilitas dari Jakarta, Selasa (26/10/2021) menyebut anggapan seperti tidaklah salah. “Karena secara teori maupun fakta yang ada selama ini menunjukkan ketika cengkeraman ban atau istilahnya grip ban motor kita terhadap jalan lebih kuat, maka kemungkinan untuk tergelincir di linatasan yang basah atau licin juga semakin kecil,” kata pria yang akrab disapa dengan Tri itu.
Tetapi, lanjut Tri, mengurangi tekanan angin ban seperti itu tidak serta merta pasti lebih aman. Sebab, beberapa kejadian juga telah menjadi bukti bahwa ban motor yang tekanan anginnya kurang dari tingkat tekanan standar, telah membawa bencana.
Meski harus dipahami juga, ada risiko lain yang juga mengintai pengendara dengan kondisi ban yang tekanan anginnya berkurang. Jika pengendara bermanuver dalam kecepatan tinggi akan lebih berpotensi besar tergelincir.
“Sepeda motor menjadi tidak stabil saat digeber dengan kecepatan tinggi. Terlebih jika rider-nya (pengendaranya) melakukan manuver di tingkungan atau belokan dengan tingkat kemiringan yang lumayan besar sudutnya,” jelasnya.
Oleh karena itu, dia menyarankan jika para pengendara motor ingin memakai jurus mengurangi tekanan angin ban kendaraannya kala ingin meneruskan perjalanan di tengah guyuran hujan, maka pengurangan angin harus dilakukan dengan cermat. Kurangi tingkat tekanan hanya 1 psi, atau maksimal 2 psi.
Setelah kondisi jalanan mulai kering maka sebaiknya tekanan angin ban dikembalikan seperti semula sesiai dengan standar yang direkomendasikan ban. Karena ban dengan tekanan angin yang kurang dari ukuran standar akan cepat aus, karena gesekan antara permukaan ban dengan lintasan juga lebih besar.
Namun, satu lagi yang wajib diperhatikan adalah kondisi atau tingkat kedalaman ukiran di telapaknya. Sebab dalam kondisi apapun – tekanan angin dikurangi maupun sesuai standar – ban yang telah botak sudah tak layak dipakai, karena sangat berisiko.
“Kalau ban sudah botak (ukiran sudah rata) maka tingkat tekanan angin dikurangi pun juga masih berisiko tinggi, gantilah ban jika kondisinya seperti itu. Dan jika ingin lebih pasti dan fleksibel, gunakan ban dual purpose. Ban ini cocok untuk lintasan kering maupun basah, dan lebih aman asalkan kondisi ukiran di telapak dan tekanan anginnya bagus,” imbuh Tri. (Jrr/Aa)