Seoul, Mobilitas – Di pasar dunia, penjualan mobil hybrid Hyundai lebih disukai konsumen ketimbang mobil listriknya (BEV).
Executive Vice President Hyundai Motor, Lee Seung-jo, yang diwartakan Nikkei, belum lama ini dan dikutip Mobilitas di Jakarta, Selasa (30/4/2024) mengatakan tren permintaan mobil listrik di dunia telah melemah sejak semester kedua tahun 2023 lalu. “Sehingga menyebabkan penjualan mobil listrik (BEV) dengan selisih yang besar pada tahun Ini (kuartal pertama) dibanding tahun lalu,” kata dia.
Hyundai dalam keterangan resminya menyebut selama tiga bulan pertama 2024 ini, laba bersih yang dikantonginya hanya 3,4 triliun won (atau sekitar Rp 40,15 triliun, kurs 1 Won = Rp 11,81). Nilai laba ini turun 1,3 persen dibanding periode sama di tahun lalu.
Lee Seung-jo menyebut, pihaknya beruntung karena langsung bergerak cepat dengan menggenjot penjualan mobil berteknologi hybrid dan plug-in hybrid. Meski, di Januari – Maret 2024 itu, market share penjualan BEV dalam total penjualan mobil Hyundai merosot dari 6,5 persen di kuartal pertama tahun 2023 menjadi 4,5 persen.
Sebaliknya, porsi penjualan mobil hybrid meningkat menjadi 9,7 persen dari 8,2 persen pada periode yang sama. Akibat merosotnya penjualan mobil listrik itu, penjualan mobil Hyundai (baik mobil konvensional, listrik, dan hybrid) turun 1,5 persen, menjadi 1 juta unit di periode itu.
Namun, berbeda dengan pernyataan Hyundai, data hasil penelitian lembaga riset Rho Motion yang disitat Mobilitas di Jakarta, Selasa (30/4/2024) menyatakan pasar mobil listrik (BEV) dunia masih bergerak ke arah positif. Penjualannya pun masih meningkat.
“Penjualan mobil listrik (BEV) di pasar global (di periode Januari – Maret 2024) tumbuh sebesar 21 persen dibanding (periode sama) di tahun lalu. Totalnya masih mencapai 3,1 juta unit,” bunyi pernyataan Rho Motion dalam situs resminya.
Lembaga itu menegaskan di Cina yang merupakan pasar mobil listrik terbesar di dunia melonjak 31 persen, di Amerika Serikat dan Kanada menanjak 13 persen, Uni Eropa dan di negara-negara yang masuk dalam wilayah perdagangan bebas Eropa naik 7 persen.
“Sedangkan di negara-negara lain, totalnya masih meningkat 21 persen seiring dengan gencarnya ekspor Cina ke Asia Tenggara dan Amerika Latin,” jelas Rho Motion. (Din/Aa)
Mengawali kiprah di dunia jurnalistik sebagai stringer di sebuah kantor berita asing. Kemudian bergabung dengan media di bawah grup TEMPO Intimedia dan Detik.com. Sejak 2021 bergabung dengan Mobilitas.id