Jakarta, Mobilitas – Kejadian rusaknya mesin mobil setelah menenggak Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Pertamax mencuat setelah sebuah video yang diunggah akun X@AraituLaki pada Minggu (24/11/2024) menyebar luas.
Dalam tayangan video tersebut terlihat sejumlah pemilik mobil selaku konsumen BBM Pertamax mengeluhkan adanya masalah pada filter bahan bakar mobil mereka. Selain itu juga terjadi kerusakan pada pompa bahan bahan bakar (fuel pump).
Setelahnya beberapa pengakuan dari sejumlah bengkel terkait kerusakan pada dua komponen mobil yang diklaim akibat menggunakan BBM jenis Pertamax. Disebutkan mobil-mobil yang mengalami masalah itu mengisi BBM Pertamax di wilayah Cibinong, Bogor, Jawa Barat.
Merespon fakta kasus tersebut Direktur Eksekutif Komite Penghapusan Bensin Bertimbal (KPBB) Ahmad Safrudin yang dihubungi Mobilitas di Jakarta, Rabu (27/11/2024) menyebut pihaknya sudah lama menduga bakal terjadi masalah akibat penggunaan BBM Pertamax. Dugaan tersebut didasari temuan hasil penelitian yang dilakukan oleh KPBB.
“Intinya, secara material, unsur-unsur yang digunakan dalam BBM Pertamax itu buruk atau sangat jelek. Ini yang menjadi pangkal masalah, ditambah lagi handling (perlakuan) terhadap tersebut ketika distribusi yakni dari kilang ke Depo BBM hingga ke tangki timbun SPBU (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum) yang buruk,” ungkap pria yang akrab disapa Puput itu.
Menurut dia, sejak tahun 2018 mobil baru yang dijual di Indonesia telah berstandar Euro 4, sehingga membutuhkan BBM yang sesuai (minimal Pertamax dan sejenisnya atu lebih tinggi) dengan kualitas material bahan yang bagus atau pas dengan standar Euro 4 tersebut. Salah satunya, kandungan unsur Sulfur (Belerang) pada BBM Pertamax maksimal 50 ppm.
“Tetapi, faktanya dari hasil penelitian kami, ternyata kandungan Sulfur di BBM Pertamax saat ini masih 100 ppm hingga 150 ppm. Artinya, dua hingga tiga kali lipat dari yang semestinya,” tandas Puput.
Sementara, dalam proses distribusi dari kilang ke Depo, hingga ke tangki timbun SPBU, seringkali dilakukan dengan tidak cermat. Penanganan (handling) yang tidak cermat memungkinkan udara maupun kotoran ikut masuk ke tempat-tempat penampungan (dari mobil ke tangki depo, dan seterusnya berulang hingga ke tangki timbun SPBU).
“Terlebih dari temuan kami terlihat banyak tangki-tangki di mobil pengngkut maupun tangki timbun SPBU itu tidak secara rutin dibersihkan. Seharusnya setiap setahun sekali dibersihkan, dan setiap lima tahun sekali di-coating ulang dinding tangki tersebut untuk mencegah semakin turunnya kualitas BBM,” ujar Puput. (Jrr/Aa)
Mengawali kiprah di dunia jurnalistik sebagai stringer di sebuah kantor berita asing. Kemudian bergabung dengan media di bawah grup TEMPO Intimedia dan Detik.com. Sejak 2021 bergabung dengan Mobilitas.id