Shanghai, Mobilitas – Pabrikan mobil listrik asal Austin, Texas, Amerika Serikat – Tesla Inc – belum lama ini menyatakan, sepanjang tahun 2021 lalu telah berhasil menjual mobil setrum buatannya hampir 1 juta unit. Kini, pabrikan yang dikomandoi Elon Musk itu kembali membuat pernyataan yang menyebut dari total penjualan itu, separuh lebih merupakan model yang dibuat di Cina.
Seperti dilaporkan laman China Daily, Rabu (12/1/2021) selama tahun 2021 kemarin jumlah total mobil Tesla buatan gigafactory Shanghai, Cina, mencapai 484.130 unit. Jumlah ini meroket hingga 235% dibanding penjualan sepanjang tahun 2020.
Dari jumlah penjualan mobil Tesla buatan Cina – yakni Tesla Model 3 dan Tesla Model Y – itu, 160.000 unit di antaranya diekspor ke lebih dari 10 negara. Tujuan ekspor tersebut berada di Eropa dan Asia.
“Tingkat lokalisasi suku cadang yang digunakan model Tesla yang diproduksi di gigafactory Shanghai ini mencapai 90%, dengan 92% suku cadang logam baterai Tesla di pabrik Shanghai itu telah didaur ulang,” bunyi pernyataan Tesla di Cina.
Sebelumnya, Tesla kantor pusat ( di Texas, Amerika Serikat) mengklaim sepanjang tahun 2021 telah berhasil melego mobil buatannya kediler di seluruh dunia sebanyak 936.172 unit atau hampir 1 juta unit. Artinya, penjualan di tahun tersebut melonjak 87% dibanding tahun 2020.
“Jumlah yang jauh lebih bagus dari yang diperkirakan sebelumnya, di tengah tantangan berat dalam proses produksi karena adanya kelangkaan pasokan chip (semikonduktor),” bunyi pernyataan pabrikan seperti dilaporkan Agence France-Presse (AFP) Senin (3/1/2022).
Dengan mengantongi angka penjualan sebanyak itu, Tesla masih bertengger sebagai pabrikan mobil terlaris di dunia. Dia masih mengungguli Volkswagen yang mencatatkan penjualan mobil elektrfikasi ( yang terdiri dari mobil hybrid, plug-in hybrid, serta listrik murni atau BEV) terbanyak kedua.
Analis industri di bursa saham Shanghai Alex Yuan yang dilansir Sino Auto, Rabu (12/1/2021) menyebut ada sejumlah faktor yang menyebabkan mobil Tesla buatan Cina itu lebih laris. Pertama, karena supply chain pabrikan itu di Cina sangat bagus karena komponen mobil hingga baterai yang telah tersedia di negara ini.
Kedua, karena Tesla telah berhasil secara cepat membentuk captive market produknya dengan memanfaatkan kebijakan pemerintah yang terus mendorong penggunaan mobil listrik oleh masyarakat. Terlebih, dorongan itu disertai pemberian insentif pajak dan harga.
“Sehingga proses produksi Tesla lebih efisien dibanding di tempat lain (Amerika Serikar dan Eropa). Ini sangat berpengaruh ke harga. Efisiensi juga ada di ekspor karena pemerintah (Cina) menjalin kerjasama bilateral untuk membangun perjanjian dagang yang saaling menguntungkan melalui reduksi tarif dan sebagainya,” kata Alex.(Din/Aa)