Jakarta, Mobilitas – Kabar tak menggembirakan bertubi-tubi mengiringi kiprah pabrikan mobil listrik asal Shanghai, Republik Rakyat Cina, Neta Auto, di pasar otomotif dunia.
Setelah selama setengah bulan (dua pekan di bulan Oktober 2024) menghentikan produksi mobil di pabrik Tongxiang, Zhejiang, dan bahkan memangkas gaji karyawannya, kini pabrikan yang merupakan bagian dari Hozon Auto itu dikabarkan melakukan rasionalisasi karyawan di Thailand.
Laporan The Nation yang dikutip Mobilitas di Jakarta, Jumat (27/12/2024) menyebut sebanyak 400 karyawan, bakal diberhentikan. Mereka yang diputus hubungan kerjanya itu adalah karyawan di manajemen dan di fasilitas perakitan Bangchan General Assembly, Min Buri, Bangkok.
Langkah ini saat penjualan mobil Neta (yang terdiri dari Neta V, V-II, dan X) terjerembab. Disebutkan, selama Januari – November 2024, Neta Auto Thailand menjual mobil sebanyak 6.534 unit, anjlok 45,8 persen dibanding periode sama di tahun 2023.
Sementara, platform market intelligence Creden Data menyebut sepanjang tahun 2023 lalu Neta uto di Negeri Gajah Putih itu merugi bersih 1,8 miliar baht. Meski saat itu meraup laba operasional 80,77 juta baht.
Tetapi, kinerja muram tak hanya terjadi di Thailand, karena juga di negeri asalnya Cina. Data Asosiasi Pabrikan Mobil Cina (CAAM) yang disitat Mobilitas di Jakarta, Jumat (27/12/2024) menunjukkan di kurun waktu yang sama, mobil Neta yang terjual ke konsumen (penjualan ritel) sebanyak 43.392 unit.
Jumlah tersebut ambrol hingga 56,1 persen dibanding total penjualan ritel pada periode sama di tahun lalu yang sebanyak 98.925 unit. Sedangkan di Indonesia, total penjualan ritel yang dicetak PT Neta Auto Indonesia selama sebelas bulan pertama tahun itu belum sampai 600 unit.
Data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) yang dikutip Mobilitas di Jakarta, Jumat (27/12/2024) menunjukkan, mobil Neta yang terjual dari dealer ke konsumen (penjualan ritel) baru sebanyak 535 unit. Artinya rata-rata 48 – 49 mobil yang dibeli oleh konsumen. (Din/Aa)