Jakarta, Mobilitas – Wabah virus corona (Pandemi Covid-19) yang dinyatakan mulai merebak di Indonesia pada Maret 2020, tak hanya berdampak pada laju pertumbuhan ekonomi nasional tetapi juga tatanan sosial. Tak terkecuali dalam melakukan mobilitas sehari-hari, kini masyarakat juga menggunakan pola-pola yang berbeda.
Menghindari kerumunan demi mencegah paparan virus mematikan – yang hingga kini belum diketahui kapan musnah dari permukaan bumi – ini telah menjadi kebiasaan baru. Orang, pada umumnya berhati-hati menggunakan fasilitas umum, termasuk angkutan massal.
“Dari sejumlah penelitian yang kami ikuti hasilnya untuk dijadikan referensi membuat business plan dan menyikapi kondisi yang ada menyebutkan, sebenarnya banyak orang di masyarakat kita menggunakan kendaraan pribadi. Setidaknya, menggunakan sepeda motor milik sendiri. Alasannya karena enggan menggunakan angkutan umum,” kata Ketua Bidang Komersial Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI), Sigit Kumala, saat dihubungi belum lama ini.
Pernyataan senada diungkap Business Innovation and Sales & Marketing Director Honda Prospect Motor (HPM) Yusak Billy. Menurut dia, kekhawatiran terhadap pandemi yang belum pasati kapan berakhir dan kabar paparan virus di masyarakat masih saja terjadi, menjadikan masyarakat menghindari transportasi umum sehingga memutuskan beli mobil pribadi.
“Ini hasil riset yang kami minta dari lembaga-lembaga riset baik di dalam maupun dari luar negeri.. Tentu, ini menjadi potensi bagi industri mobil. Karena perubahan perilaku konsumen dalam hal transportasi, berpotensi mendorong peningkatan terhadap pembelian mobil pertama,” kata dia.
Kepastian ekonomi
Ketua I Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), Jongkie Sugiarto mengamini pendapat tersebut. Bahkan, hasil beberapa riset dan kajian yang disponsori Gaikindo menunjukkan hal demikian.
“Sebenarnya, dari responden yang mewakili masyarakat kita di seluruh daerah di Indonesia memperlihatkan mayoritas masyarakat ingin memiliki kendaraan sendiri. Artinya, minat (niat yang belum diwujudkan) meningkat. Ingat lho ya, minat meningkat. Mereka ingin membeli jika memiliki dana. Tujuannya ingin aman dan memiliki kepastian kalau menggunakan kendaraan sendiri,” kata dia.
Sedangkan mereka yang berpotensi besar membeli ternyata hingga kini masih banyak yang menahan keinginan itu. Sikap seperti ini, lanjut Jongkie, karena didasari masih adanya kekhawatiran terhadap prospek ekonomi nasional, sebab pandemi masih terjadi.
Mereka khawatir akan mengalami masalah ketika membeli – terutama dengan cara kredit – kendaraan, namun di tengah jalan mengalami kendala angsuran karena kondisi ekonomi memburuk. Jadi, faktor daya beli ada namun kepastian prospek ekonomi masih dipertanyakan.
Pakai kendaraan pribadi
Banyaknya masyarakat yang menggunakan kendaran pribadi – baik sepeda motor maupun mobil – sebagai sarana mobilitas mereka melonjak tak lama setelah badai pandemi Covid-19 menerpa negeri ini. Terlebih sebelumnya, orang cendering tidak berani melakukan mobilitas.
Data Google Mobility Report mencatat sejak 2 Maret-31 Desember 2020 pergerakan masyarakat ke sejumlah lokasi baik ke kantor, pasar, pusat perbelanjaan volumenya turun. Kunjungan ke stasiun transit terkontraksi 36,7%. Kemudian ke tempat kerja dan ritel, serta ke tempat rekreasi masing-masing terkontraksi 22,7% dan 21,3%.
“Besarnya kontraksi tingkat kunjungan masyarakat stasiun transit juga menunjukkan masyarakat semakin sedikit mengunakan transportasi umum, bahkan ketika mereka terpaksa harus keluar rumah,” bunyi keterangan hasil riset Badan Pusat Statistik (BPS).
Badan milik pemerintah itu menunjukan sejak Oktober, November, hingga Desember 2020, sebanyak 88,7% pekerja komuter lebih memilih mengendarai kendaraan pribadi ke kantor. Hanya 9,5% yang memilih transportasi umum.
Sedangkan hasil survei yang dirilis JakPat pada 6 Januari 2021 lalu menunjukkan hal serupa. Sebanyak 66,9% responden memilih menggunakan mobil pribadi dan 55,6% responden menggunakan sepeda motor sebagai alat transportasi pribadi. (Swe/Jrr/Aa)