Mobility

Pelarangan Penjualan Mobil Berteknologi Pintar Asal Cina di AS Segera Berlaku

×

Pelarangan Penjualan Mobil Berteknologi Pintar Asal Cina di AS Segera Berlaku

Share this article
Ilustrasi, mobil berteknologi pintar dari Cina - dok.Istimewa via PYMNTS.com

Washington, Mobilitas – Peraturan tersebut telah rampung dan diumumkan oleh Departemen Perdagangan Amerika Serikat (AS) pada Selasa (14/1/2025) lalu. Alasan pelarangan untuk mengantisipasi risiko keamanan nasional yang terkait dengan industri otomotif.

Laporan AFP yang dikutip Mobilitas di Jakarta, Jumat (17/1/2025) menyebut larangan penjualan mobil dengan perangkat lunak buatan Republik Rakyat Cina mupun Rusia untuk model tahun 2027. Artinya sejak awal tahun 2026.

Sementara pembatasan untuk mobil dengan perangkat keras dari dua negar itu akan berlaku untuk model tahun 2030 alias mulai tahun 2029. Pembatasan bagi mobil yang tidak memiliki model tahun akan dimulai pada 1 Januari 2029.

Pengumuman pelarangan penjualan berteknologi pintar asal Cina dan Rusia tersebut, muncul saat Presiden Joe Biden yang akan lengser tersebut mengakhiri upaya pembatasan terhadap Cina, dan setelah proses penyusunan regulasi selama berbulan-bulan. Departemen Perdagangan Negeri Paman Sam tersebut menegaskan aturan itu berlaku menyusul pengumuman bahwa pemerintah sedang mempertimbangkan pembatasan baru untuk mengatasi risiko yang ditimbulkan oleh pesawat nirawak dengan teknologi dari Cina dan Rusia.

“Karena, mobil saat ini bukan hanya sebuah rancang bangun bentuk benda dari baja di atas roda saja, tetapi mereka merupakan komputer,” kata Menteri Perdagangan, Gina Raimondo.

Larangan tersebut juga berlaku bagi mobil-mobil yang dibuat di dalam negeri AS sekali pun. Bahkan, pemerintah negara itu juga akan membuat aturan pelarangan penjualan untuk bus maupun kendraan komersil lainnya yang menggunakan teknologi pintar asal Cina dan AS.

Ilustrasi, proses produksi mobil di Cina – dok.NBC News

Seperti diketahui pabrikan asl Cina, yakni Build Your Dreams (BYD), saat ini telah memiliki fasilitas produksi di California yang memproduksi bus dan kendaraan lainnya. Sehingga, jika peraturan terkait kendaraan komersial dan bus itu berlaku, maka pabrikan penjualan mobil elektrifikasi terbanyak di dunia ini juga terkerna dampaknya.

Penasihat Ekonomi Nasional AS Lael Brainard menyebut saat ini Cina sedang mencoba mendominasi masa depan industri otomotif. “Dan kendaraan yang menggunankan teknologi pintar terkoneksi, berisi sistem perangkat lunak dan perangkat keras dari asing (Cina maupun Rusia) mengakibatkan penyalahgunaan data sensitif atau gangguan,” ujar dia.

Sementara, laporan South China Morning Post yang disitat Mobilitas di Jakarta, Jumat (17/1/2025) menyebut Jurubicara Kedutaan Besar Cina di AS, Liu Pengyu, mengatakan pembatasan tersebut akan merusak rantai pasokan global dan memengaruhi kepentingan industri dan pelanggan AS. Sehingga, pemerintah Cina mendesak AS agar menghormati hukum ekonomi pasar, dan berhenti mengubah isu ekonomi dan perdagangan menjadi isu politik.

“(AS sebaiknya) Tidak menjadikan isu keamanan atau ideologi untuk alat ekonomi. Sebaiknya (AS)  menyediakan lingkungan yang terbuka, adil, jujur dan tidak diskriminatif untuk investasi dan operasi bisnis dari semua negara, termasuk bagi Cina,” kata Liu Pengyu.

Sekadar informasi, sebelumnya pemerintah AS telah menaikkan tarif  bea masuk untuk mobil asal Cina hingga 100 persen. (Din/Aa)