Penjualan Mobil di RI Semester Pertama 2024 Masih Loyo, Faktor Ini Disebut Jadi Pemicu

Ilustrasi, All New Daihatsu Xenia - dok.Mobilitas

Jakarta, Mobilitas – Baik penjualan dari pabrik ke dealer (wholesales) maupun penjualan dari dealer ke konsumen (penjualan ritel) mobil di Tanah Air sepanjang enam bulan pertama 2024 itu anjlok.

Data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) yang dikutip Mobilitas di Jakarta, Selasa (9/7/2024) menunjukkan selama Januari – Juni atau semester pertama 2024 itu, total wholesales yang dibukukan seluruh pabrikan sebanyak 408.012 unit. Jumlah ini anjlok 19,4 persen dibanding total wholesales yang dicetak pabrikan pada periode sama di tahun lalu, yang sebanyak 506.427 unit.

Sementara, di saat yang sama, total angka penjualan ritel yang diraup gabungan seluruh pabrikan atau merek mobil di Indonesia sebanyak 431.987 unit. Jumlah angka penjualan ritel tersebut anjlok 14 persen dibanding total angka penjualan ritel yang diserok pabrikan (gabungan seluruh pabrikan) di Januari – Juni 2023, yang sebanyak 502.533 unit.

Pada bulan Juni saja, angka wholesales yang berhasil dipetik pabrikan (seluruh pabrikan) sebanyak 72.96 unit. Jumlah itu ambles 11,8 persen dibanding Juni 2023, yang sebanyak 82.581 unit.

Sedangkan angka penjualan ritel yang berhasil dikemas pabrikan pada bulan keenam 2024 itu sebanyak 70.198 unit. Total angka penjualan ritel tersebut ambrol 12,3 persen dibanding bulan yang sama di tahun lalu, yang sebanyak 80.021 unit.

Ilustrasi, Hyundai Stargazer X – dok.HMID

Ihwal masih loyonya total penjualan mobil (kendaraan penumpang maupun komersial) hingga bulan Juni 2024 itu, Ketua I Gaikindo Jongkie Sugiarto yang dihubungi Mobilitas di Jakarta, Selasa (9/7/2024) menyebut faktor daya beli dan selektifnya lembaga pembiayaan kredit menjadi pemicunya.

“Kenaikan harga bahan pangan dan lainnya menjadikan daya beli rumah tangga berkurang. Sementara masih lesunya pasar komoditas global (pertambangan dan perkebunan) dan nilai tukar rupiah terhadap dolar yang masih berada di tren melemah menjadikan pelaku bisnis menahan rencana pembelian kendaraan niaga untuk menopang operasional bisnis mereka,” papar Jongkie,

Terlebih, bayang-bayang potensi tutupnya beberapa industri manufaktur seperti produsen alas kaki dan tekstil, yang kemungkinan menjalar ke sektor lain menjadikan lembaga pembiayaan juga semakin selektif menyalurkan pembiayaan kredit. “Padahal, kita tahu sekitar 70 persen – 80 persen pembelian mobil menggunakan skema pembiayaan secara kredit,” kata Jongkie.

Namun, dia mengaku optimis pada Juli, Agustus dan seterusnya potensi kenaikan penjualan mobil semakin besar. Hal itu, lanjut Jongkie, seiring dengan digelarnya pameran GIIAS 2024 pada 18 – 28 Juli 2024. (Jrr/Aa)