Bisnis

Penjualan Ritel Mobil di RI Januari- November 2024 Masih Terperosok 11,2 Persen

×

Penjualan Ritel Mobil di RI Januari- November 2024 Masih Terperosok 11,2 Persen

Share this article
Suzuki S-Presso yang dijual di Indonesia - dok.Mobilitas

Jakarta, Mobilitas – Masih tertekannya daya beli masyarakat, khususnya kelompok masyarakat menengah ke bawah yang merupakan konsumenmobil yang paling besar di Tanah Air menjadi penyebabnya.

Data GabunganIndustri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) yang dikutip Mobilitas di Jakarta, Selasa (10/12/2024) menunjukkan pada bulan November 2024 mobil yang terjual dari dealer ke konsumen (penjualan ritel) hanya 76.053 unit. Jumlah ini ambles 8,1 persen dibanding penjualan ritel selama November 2023 yang mencapai 82.781 unit.

Amblesnya penjualan di bulan kesebelas tersebut menjadikan total penjualan ritel kumulatif Januari – November masih terperosok. Totalnya hanya 806.721 unit, terperosok 11,2 persen dibanding total penjualan ritel (gabungan penjualan dari semua pabrikan) selama sebelas bulan pertama tahun 2023, yang mencapai 908.473 unit.

“Harus kita akui, daya beli konsumen masih lemah. Terutama di segmen mobil berharga Rp 300 juta ke bawah, yang merupakan segmen terbesarsampai saat ini,” ungkap Ketua I Gaikindo yang dihubungi Mobilitas di Jakarta, Selasa (10/12/2024).

All New Daihatsu Xenia – dok.Mobilitas

Senada dengan Jongkie, Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (CELIOS), Bhima Yudhistira Adinegara yang dihubungi Mobilitas di Jakarta, Selasa (10/12/2024) menyebut, tekanan daya beli masih dirasakan masyarakat hingga satu bulan menjelang akhir tahun.

Menurut Bhima, tingkat pendapatan yang tidak mengalami peningkatan – atau bahkan banyak masyarakat yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) – namun biaya hidup semakin mahal memperlihatkan memburuknya kualitas perekonomian nasional. Salah satu dampaknya loyonya daya beli.

Berlangsungnya fenomena deflasi dalam beberapa bulan terakhir adalah buktinya. Fenomena itu memperlihatkan fakta meski harga barang menurun tetapi sepi dari pembeli.

“Mengapa terjadi seperti itu? ya karena daya beli menurun. Dan dalam kondisi seperti ini, tentunya masyarakat akan berpikir ulang untuk membeli barang kebutuhan non pokok, apalagi barang tersier (urutan ketiga berdasar sifat tingkat kebutuhan) seperti mobil,” tandas Bhima. (Jrr/Aa)