Mobility

Pertambahan Kendaraan Listrik di RI, Tahun Ini Masih Jauh dari Target

×

Pertambahan Kendaraan Listrik di RI, Tahun Ini Masih Jauh dari Target

Share this article
Ilustrasi, pengecasan baterai mobil listrik - dok.Istimewa

Jakarta, Mobilitas – Sampai Oktober kendaraan yang mendapat Sertifikat Registrasi Uji Tipe (SRUT) baru 31.827 unit.

Direktorat Jenderal Perhubungan Darat (Ditjen Hubdat) Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menyebut padahal jumlah SRUT hingga akhir tahun ditargetkan mencapai 100.000 unit. Sementara, sudah 10 bulan (Januari – Oktober) masih 31.847 unit.

Dari total SRUT yang diterbitkan itu, 24.847 unit sepeda motor dan 6.980 kendaraan roda empat atau lebih.

“Kita terus berupaya mencapainya. Apalagi ada kebijakaan penggunaan kendaraan (listrik) untuk dinas pemerintah, dan konversi dari konvensional ke listrik khususnya motor,” papar Direktur Sarana Transportasi Jalan Ditjen Hubdat Kemenhub, Danto Restyawan, saat dihubungi Mobilitas di Jakarta, Kamis (3/11/2022).

Bahkan Danto di bulan November ini, karena pemerintah menggunakan 53 bus listrik buatan PT INKA Madiun untuk transportasi di Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali pada pertengahan bulan ini. Selain itu, pemerintah Kota Surabaya dan Bandung juga akan menggunakan bus listrik untuk angkutan umum.

“Penggunaan oleh masyarakat umum, kami yakin juga akan bertambah seiring dengan banyaknya industri produsen yang semakin gencar memasarkan produknya. Saat ini, ada 35 produsem motor listrik (di Tanah Air),” papar Danto.

Hanya, hingga kini ternyata 60% lebih masyarakat Indonesia masih enggan untuk beralih menggunakan kendaraan listrik. Dan baru 28% yang berminat.

Ilustrasi, sepeda motor listrik Segway di GIIAS 2022 – dok.Mobilitas

“Hasil survei yang kami lakukan secara random pada 6 – 13 September lalu, menunjukkan seperti itu. Baru 28% dari 1.220 responden yang menyatakan berminat,” kata Direktur Eksekutif Charta Politik, Yunarto Wijaya, saat dihubungi Mobilitas, di Jakarta, Kamis (3/11/2022).

Hasil survei memperlihatkan, 31,8% responden menyatakan harga kendaraan bertenaga setrum itu mahal. Kemudian 28,6% belum yakin dengan cara penggunaan dan teknologinya.

Sementara, 25,6% lainnya menyebut lebih nyaman menggunakan kendaraan konvensional. Sedangkan sisanya mengaku di daerah mereka tidak ada kendaraan setrum, dan tidak tahu. (Jap/Aa)