Jakarta, Mobilitas – Peugeot 3008 disebut-sebut sebagai mobil Peugeot terlaris di antara mobil berlambang singa mengaum itu yang dijajakan di Indonesia. Meski, penjualan riil – yakni penjualan langsung ke konsumen (ritel) – mobil ini masih di bawah 150-an unit saban tahunnya.
Data yang dihimpun Mobilitas dari catatan penjualan yang dilaporkan ke Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) belum lama ini menunjukkan, di enam bulan pertama atau dari Januari hingga Juni tahun ini, penjualan ritel yang dibukukannya sebanyak 64 unit.
Jumlah itu dikoleksi dari penjualan selama bulan Januari yang sebanyak 23 unit, Februari 5 unit, dan Maret 13 unit. Kemudian dari penjualan di bulan April sebanyak 11 unit, Mei 4 unit, dan Juni 8 unit.
Sedangkan di empat tahun sebelumnya, kinerja penjualan mobil yang dijajakan PT Astra Peugeot itu terus berada di tren naik dan turun. Pada tahun 2017, jumlah penjualan yang berhasil dibukukan baru sebanyak 30 unit.
Kemudian di tahun berikutnya atau tahun 2018, naik menjadi 117 unit. Namun, jumlah penjualan ritel itu menciut pada tahun 2019 dan menjadi 77 unit. Tetapi kembali naik di tahun 2020, dengan total 102 unit.
Merek Peugeot di Tanah Air, diakui salah seorang petinggi Gaikindo cukup dikenal masyarakat Indonesia, tak terkecuali generasi milenial. “Tetapi, dari sisi penjualan memang harus terus berupaya keras. Beda dengan mobil-mobil merek Asia, terutama Jepang dan Korea,” kata dia saat dihubungi Mobilitas di Jakarta, Jumat (16/7/2021).
Menurut dia, untuk menjual produk pengenalan merek (brand awareness ) dan kualitas bagus saja tidaklah cukup. Tetapi, juga harus diimbangi dengan harga yang terjangkau, jaringan layanan purna jual khususnya perawatan dan perbaikan yang luas, serta nilai jual kembali (resale value) yang baik atau stabil ketika pemilik ingin menjual kendaraan itu.
“Nah, merek ini (Peugeot) kan harus jujur diakui, jaringan layanan purna jual masih belum sebanyak merek asal Jepang dan Korea. Resale value produk pun juga turun jauh seperti produk (mobil) Eropa lainnya. Ya, mungkin masyarakat melihat dari aspek jaringan layanan purna jual dan suku cadang yang menurut subyektifitas mereka lebih mahal (dibanding mobil merek dari Asia), dan lain-lain,” imbuh sang petinggi. (Jrr/Aa)
Mengawali kiprah di dunia jurnalistik sebagai stringer di sebuah kantor berita asing. Kemudian bergabung dengan media di bawah grup TEMPO Intimedia dan Detik.com. Sejak 2021 bergabung dengan Mobilitas.id