Jakarta, Mobilitas – Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 74 tahun 2021 tentang skema penghitungan tarif Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) kendaraan bermotor berdasar tingkat emisi telah efektif berlaku sejak 16 Oktober lalu. Pemberlakuan beleid anyar ini membawa konsekwensi terjadinya perubahan harga jual kendaraan bermotor (mobil) baru, yakni ada yang naik dan sebaliknya ada yang turun.
Salah satu jenis mobil yang mengalami penurunan harga jual adalah mobil jenis sedan. Maklum, struktur komponen dasar penghitungan tarif PPnBM mobil jenis ini – dengan dasar PP Nomor 74 Tahun 2021 itu – telah berubah.
Menurut Sekretaris Jenderal Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), Kukuh Kumara, peraturan yang mengatur dasar penghitungan tarif PPnBM yang ada sebelumnya (PP Nomor 22 Tahun 2014) telah menetapkan penghitungan tarif PPnBM sedan dengan dua unsur dasar yaitu bentuk bodi dan kapasitas mesin yang digunakan.
Sedan, kata Kukuh, dimasukkan dalam kategori kendaraan tiga boks atau kompartemen, yaitu kompartemen mesin, kompartemen penumpang kompartemen, dan kompartemen bagasi. “Sehingga pajaknya juga lebih tinggi dari mobil dua atau satu boks (kompartemen). Pajak semakin tinggi, karena kapasitas mesin juga dihitung sendiri pajaknya,” ujar dia saat dihubungi Mobilitas di Jakarta, Rabu (20/10/2021).
Namun, kini dengan PP Nomor 74 Tahun 2021, skema dan dasar penghitungan telah berubah, yakni hanya berdasar tingkat emisi gas buang (CO2) yang dihasilkan oleh mesin. Cara ini, lanjut Kukuh, lebih fair dan akan memberikan dampak yang signifikan terhadap target dan tujuan yang ingin dicapai oleh pemerintah.
“Dengan cara pentarifan pajak yang lebih fair ini, maka tujuan untuk memacu pertumbuhan ekonomi melalui konsumsi masyarakat, khususnya konsumsi produk otomotif (mobil sedan) akan berjalan karena mobil akan laku. Kedua, target untuk menekan tingkat emisi CO2 di Tanah Air juga berlangsung. Dan yang pasti, dengan aturan baru ini banyak sedan dari berbagai merek harganya turun,” ungkap Kukuh.
Harga sedan Toyota
Pernyataan Kukuh yang menyebut banyak mobil sedan yang harganya turun diamini Marketing Director PT Toyota Astra Motor (TAM), Anton Jimmi Suwandy. “Iya, dengan dasar PP 74 Tahun 2021 ini tentu tingkat emisi gas buang mobil dihitung kembali. Dan ternyata atas dasar tingkat emisi itu ada mobil yang harganya turun dan ada yang naik. Termasuk di model sedan,” jelas Anton saat dihubungi Mobilitas di Jakarta, Kamis (21/10/2021).
Di antara mobil sedan yang harganya turun itu adalah Toyota Camry, Toyota Corolla Altis, bahkan sedan sport Toyota Supra. Toyota Camry yang sebelum dibanderol (on the road/OTR untuk wilayah Jakarta) pada rentang Rp649,25 juta- Rp849,5 juta, kini berharga Rp594,6 juta-Rp720,8 juta.
Sementara, sedan Toyota Corolla Altis yang sebelumnya dibanderol Rp495,95 juta – Rp595,65 juta, kini harganya di rentang Rp438,3 juta – Rp506,3 juta. Sedangkan Toyota Supra, harganya turun Rp 197,5 juta, yakni dari Rp2,013.820.000 menjadi Rp 1.816.300.000.
Anton berharap dengan menyusutnya harga itu, maka penjualan sedan-sedan tersebut juga naik. Mengingat, kata dia, meski sejak beberapa tahun terakhir pangsa pasarnya terus tergerus namun penggemar loyalis sedan di Tanah Air masih banyak.
“Apalagi, penggemar sedan bukan hanya kalangan dari usia dewasa atau tua, tetapi juga banyak orang muda. Dan sedan Toyota juga terus beradaptasi dengan sentuhan gaya desain yang sporty, sehingga menarik minat kalangan usia muda yang jumlahnya di struktur komposisi penduduk kita paling banyak,” tutur Anton.
Penjualan Camry Cs
Lantas bagaimana penjualan Camry, Altis, dan Supra selama ini? Data yang dihimpun Mobilitas dari laporan penjualan ritel (ke konsumen) kepada Gaikindo menunjukkan, sepanjang Januari hingga September tahun ini Camry terjual ke konsumen (ritel) sebanyak 634 unit. Dia menggenggam pangsa pasar di segmennya hingga 76,6%.
Angka penjualan itu dikoleksi pada Januari sebanyak 59 unit, Februari 76 unit, Maret 79 unit, April 114 unit, Mei 71 unit, dan Juni 69 unit. Kemudian di Juli 59 unit, Agustus 63 unit, dan September 44 unit.
Sementara Corolla Altis laku sebanyak 388 unit dengan menguasai 71% pangsa pasar di segmennya. Angka penjualan yang diraup dikoleksinya pada Januari sebanyak 42 unit, Februari 34 unit, Maret 46 unit, April 35 unit, Mei 65 unit, Juni 47 unit, Juli 31 unit, Agustus 54 unit, dan September 34 unit.
Adapun Toyota Supra – di sembilan bulan pertama itu – dibeli konsumen sebanyak 8 unit, atau bertambah satu unit dibanding periode sama tahun lalu yang sebanyak 7 unit. Penjualan tahun ini dibukukan pada Januari 2 unit, April 1 unit, Mei 3 unit, Juni 1 unit, dan September 1 unit. (Fan/Sut/Aa)