Jakarta, Mobilitas – Menyusul Mass Rapid Transit (MRT), moda transportasi Light Rail Transit (LRT) resmi beroperasi mulai 18 Agustus nanti.
“Pengoperasian komersial LRT secara resmi itu merupakan kado istimewa untuk hari ulang tahun kemerdekaan Indonesia yang ke-78 nanti. Dan dimulainya operasional ini sudah ditetapkan setelah melihat kesiapannya sudah mencapai 99 persen lebih,” papar Vice President Public Relation PT Kereta Api Indonesia, Joni Martinus, saat dihubungi Mobilitas, di Jakarta, Rabu (2/8/2023).
Menurut Joni, MRT dan LRT mempunyai fungsi yang sama, yaitu mengangkut penumpang dengan jangkauan jarak di dalam kota saja. Keduanya memiliki rute yang sama yaitu di Jakarta dan wilayah di sekitar atau penyangga Jakarta seperti Bekasi, Bogor, dan Depok.
Persamaan lainnya dari dua moda transportasi itu adalah sama-sama menggunakan kereta yang berjalan di atas rel. “Tetapi di antara mereka juga ada perbedaannya, dimana MRT memiliki kapasitas atau daya angkut yang lebih banyak. Ukuran kereta MRT juga lebih besar,” kata Joni.
Perbedaan lainnya adalah, sumber arus listrik yang menggerakan mereka. MRT menggunakan arus listrik untuk bergerak dari saluran listrik yang berada di atas kereta.
Sedangkan LRT menggunakan arus listrik yang berasal dari rel, yakni rel ketiga yang dilewatinya. Artinya, dalam lintasan rel yang menjadi lintasan pergerakan LRT terdapat tiga rel, dan rel yang ketiga itulah yang merupakan wahana sumber listrik untuk menggerakan kereta.
Perbedaan ketiga adalah wilayah operasi. LRT Jabodebek beroperasi di dua lintas perjalanan. Pertama lintas Cibubur, dan yang kedua adalah lintas Bekasi.
Sarana transportasi ini LRT Jabodebek stasiun-stasiun tersebut akan berangkat dari Stasiun Dukuh Atas, kemudian menyinggahi Stasiun Setiabudi, Rasuna Said, Kuningan, Pancoran, Cikoko, Ciliwung. Kemudian Stasiun Cawang, TMII, Kampung Rambutan, Ciracas, Harjamukti, Halim, Jatibening Baru, Cikunir I, Cikunir II, Bekasi Barat, dan Jati Mulya.
Sementara itu, MRT Jakarta masih memiliki satu layanan di satu lintasan yang menyinggahi 13 stasiun. Mulai dari Lebak Bulus Grab, Fatmawati Indomaret, Cipete Raya, Haji Nawi, Blok A, Blok M BCA, ASEAN, Senayan, Istora Mandiri, Bendungan Hilir, Setiabudi Astra, Dukuh Atas BNI, dan Bundaran HI.
Dan perbedaan keempat, tentunya soal besaran tarif. Sebelumnya, Direktur Jenderal Perkeretapian Kementerian Perhubungan, Mohamad Risal Wasal menyebut tarif termahal LRT sebesar Rp 25.000. Perhitungan tarif adalah Rp 5.000 untuk kilometer pertama, dan Rp 300 untuk setiap satu kilometer selanjutnya. (Jap/Aa)
Mengawali kiprah di dunia jurnalistik sebagai stringer di sebuah kantor berita asing. Kemudian bergabung dengan media di bawah grup TEMPO Intimedia dan Detik.com. Sejak 2021 bergabung dengan Mobilitas.id