Washington, Mobilitas – Sebuah riset yang dilakukan oleh perusahaan asuransi kendaraan bermotor di Amerika Serikat – AutoinsuranceEZ – menunjukkan dari serangkaian kasus kebakaran mobil yang terjadi selama ini ternyata terbanyak dialami mobil berteknologi hybrid alias paduan antara motor listrik dan mesin pembakaran konvensional.
Bahkan, kasus kebakaran yang terjadi mengalahkan jumlah kasus yang dialami mobil konvensional (pembakaran internal/ICE) dan mobil listrik baterai (listrik murni/BEV).
Seperti dilaporkan Driven dan Fox24News, belum lama ini, dalam riset ini AutoinsuranceEZ mengumpulkan data dari National Transportation Safety Board, Bureau of Transportation Statistics, dan data recall lembaga pemerintah Amerika Serikat. Hasilnya menunjukkan, selama 2018 – 2021 hanya ada 52 kasus kebakaran yang melibatkan mobil listrik baterai.
Sebaliknya, pada periode yang sama, kasus kebakaran mobil hybrid mencapai 16.051 kali dan kebakaran mobil konvensional mencapai 199.533 kasus.”Melihat fakta ini mungkin orang akan mengatakan, fakta itu bisa dimaklumi karena dalam penjualan mobil listrik volumenya lebih kecil dibanding mobil listrik. Bahkan, mobil setrum itu populasinya juga sangat jauh dibanding mobil konvensional ICE,” bunyi pernnyataan perusahaan asuransi itu.
Namun, hasil riset menunjukkan fakta lain berdasar data-data di lapangan berupa angka kasus kebakaran yang terjadi di setiap 100.000 unit masing-masing mobil dengan jenis teknologi yang berbeda tersebut. Disebutkan, dari 100.000 penjualan mobil ICE yang mengalami kebakaran di tahun 2021 sebanyak 1.529,9 unit.
Sementara dari 100.000 mobil hybrid yang terjual di periode sama, yang mengalami kebakaran mencapai 3.474,5 unit. Sedangkan, dari 100.000 mobil listrik murni (listrik baterai) yang terbakar hanya 25,1 unit.
Pemicu dan penyebab
Soal pemicu kebakaran, keterangan riset itu menyebut ada sejumlah kejadian, namun yang terbanyak alias pemcu pemicu utama adalah tabrakan. Menurut data dari Asosiasi Pencegahan Kebakaran Nasional AS, 560 orang tewas dalam kebakaran mobil pada tahun 2018, dengan mayoritas penyebab kebakaran oleh tabrakan.
“Mobil listrik dan hybrid, cenderung lebih rawan terbakar karena baterainya. Meskipun kebakaran baterai berbahaya dan lebih sulit untuk dipadamkan daripada kebakaran karena bahan bakar, karena akar apinya cenderung berbeda. Dalam kasus kebakaran mobil listrik Chevrolet Bolt, GM mengalami kesulitan, tetapi akhirnya mengidentifikasi dua cacat yang menjadi akar masalah yaitu anoda yang sobek dan separator terlipat pada kemasan baterai mobil itu,” bunyi keterangan riset AutoinsuranceEZ.
Meski begitu, dalam hal jumlah mobil yang ditarik (di-recall) terkait dengan kasus kebakaran dan rawan mengalami kebakaran, mobil bermesin konvensional masih yang terbanyak. Maklum, secara fakta dan logika, sebuah model mobil yang diidentifikasi dan terbukti rawan terbakar bisa mewakili ribuan atau bahkan jutaan unit, karena secara volume penjualan mobil bermesin pembakaran internal itu juga masih jauh lebih banyak.
Sekadar contoh, dalam penarikan terkait mobil yang rawan terbakar karena adanya “masalah” pada mesin adalah, penarikan yang dilakukan grup Hyundai Motor – yakni untuk mobil Hyundai dan Kia bermesin Theta diesel – yang dilakukan sejak 2020 hingga 2021 lalu. Sedangkan di mobil elektrifikasi, fakta sebaliknya terlihat.
Dalam kasus yang terkait dengan kasus kebakaran itu adalah – meski dari sisi jumlah kejadian atau kasus terbakar mobil hybrid lebih banyak – namun dari jumlah mobil yang ditarik lebih banyak ternyata mobil listrik.
Data NHTSA Amerika Serikat menunjukkan, di tahun 2021 jumlah mobil listrik Hyundai Kona dan Chevrolet Bolt karena kasus kebakaran sebanyak 152.000 unit. Sedangkan di saat yang sama jumlah mobil hybrid yang ditarik karena kasus yang sama hanya 32.000 unit.
Sekali lagi, meski jumlah kasus kebakaran yang melibatkan mobil yang bersangkutan lebih banyak, tidak berkorealsi dengan jumlah unit yang ditarik. Karena, tergantung jumlah unit mobil yang terjual. (Fat/Aa)
Mengawali kiprah di dunia jurnalistik sebagai stringer di sebuah kantor berita asing. Kemudian bergabung dengan media di bawah grup TEMPO Intimedia dan Detik.com. Sejak 2021 bergabung dengan Mobilitas.id