Soal Tren Pasar Truk Nasional yang Masih Melorot, Ini Kata Fuso Indonesia

Ilustrasi, truk Isuzu - dok.Istimewa

Jakarta, Mobilitas – Tren merosotnya penjualan kendaraan niaga di Indonesia (gabungan antara bus dan truk) di Indonesia, masih terjadi hingga saat ini. Termasuk di periode Januari – Mei 2024.

Data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) yang dikutip Mobilitas di Jakarta, Minggu (30/6/2024) memperlihatkan, hampir semua pabrikan truk membukukan merosotnya penjualan ke konsumen (penjualan ritel). Isuzu misalnya, tercatat hanya membukukan penjualan ritel kendaraan niaganya (kendaran rruk, bus, dan pickup) sebanyak 11.276 unit, merosot 10,3 persen dibanding Januari – Mei 2023.

Kemudian Mitsubishi Fuso menjual 10.702 unit (merosot 27,9 persen), Hino 8.186 unit (merosot 24,4 persen), dan UD Trucks menjual 646 unit (merosot 12,9 persen). Kemerosotan yang parah dialami pabrikan asal Swedia – Scania – yang hanya membukukan penjualan ritel 159 unit.

Salah satu varian produk UD Trucks di Indonesia – dok.Mobilitas

Penjualan ritel Scania yang hanya sebanyak itu anjlok 56,8 persen dibanding Januari – Mei 2024. Bahkan, pabrikan asal India yakni Tata Motors, di bulan Mei sudah tidak melaporkan adanya penjualan ritel.

Fakta berbicara di kuartal pertama atau Januari – Maret 2024, Tata Motors masih membukukan penjualan ritel sebanyak 1 unit. Tetapi di April dan Mei dia sudah tidak mencatatkan adanya penjualan.

Lantas sampai kapan tren kemerosotan penjualan truk secara umum di Tanah Air akan berlangsung? General Manager Business Communication PT Krama Yudha Tiga Berlian Motors (PT KTB) Totok Sudaryanto yang dihubungi Mobilitas di Jakarta, Minggu (30/6/2024) menyebut harus dilihat beberapa faktor.

General Manager Business Communication PT KTB, Totok Sudaryanto, saat memberi sambutan di Jamda CMIC di Jambi – dok.PT KTB

“Kita lihat perkembangan. Salah satunya rupiah yang semakin merosot (terhadap dolar AS) apakah sudah berdampak langsung. Kemudian kenaikan harga bahan pokok (pangan) yang sepertinya juga ada pengaruh ke logistik (salah satu sektor penyerap truk). Lalu, tambang (yang juga penyerap truk) kondisinya juga belum pulih, beberapa bencana di daerah yang turut berpengaruh ke panen yang gagal, serta musim tahun ajaran baru anak sekolah. Semuanya berdampak ke penjualan ritel,” papar dia.

Totok berharap pasar kendaraan di Indonesia, khususnya kendaraan niaga berangsur stabil, karena dalam waktu dekat juga akan digekar Pemilihan Kepala Daerah (PIlkada) serentak di Indonesia. “Tetapi yang paling berpengaruh adalah bunga kredit yang masih tinggi. Begitu juga dengan leasing atau lembaga pembiayaan yang masih ketat,” ujar Totok. (Anp/Aa)