Tokyo, Mobilitas – Toyota Motor berencana untuk mengembangkan platform perangkat lunak (software) otomotif sendiri pada tahun 2025 nanti. Peranti itu disebut bakal menjadi pangkal sistem operasi berbagai fitur mulai dari fungsi dasar hingga aplikasi tingkat tinggi seperti mengemudi secara otonom.
Seperti dilaporkan Nikkei, Selasa (4/1/2022) dengan platform yang dinamai sistem operasi Arene itu akan menantang sejumlah merek yang telah mengembangkan teknologi seperti itu dan telah menggunakannya di mobil seperti Tesla dan Volkswagen. Bahkan perusahaan teknologi perangkat lunak dunia.
“Toyota akan menempatkan Arene di kendaraan buatan sendiri pada tahun 2025. Setelah itu produsen mobil itu akan menyediakan perangkat lunak tersebut untuk perusahaan afiliasinya termasuk Subaru, bahkan akan secara bersama dengan produsen dan perusahaan rintisan lain yang membangun kendaraan listrik atau self-driving. Perusahaan sedang mempertimbangkan untuk memanetisasi sistem melalui model lisensi,” tulis Nikkei.
Dengan kata lain, platform itu tak hanya dipakai sendiri untuk internal Toyota dan grupnya sendiri, tetapi juga dikomersialisasikan dengan menjualnya ke pabrikan lain. Termasuk ke perusahaan-perusahaan rintisan (startup) yang kini getol memproduksi mobil listrik.
Seperti dilansir Asia Tech Daily, Selasa (4/1/2022) Toyota menyebut dengan cara itu setidaknya ada dua keuntungan yang didapat. Pertama, bagi pabrikan – baik yang telah lama eksis maupun perusahaan rintisan – yang “membeli” platform software dari Toyota itu akan bisa menghemat biaya produksi, sehingga harga jual produk pun lebih bersaing.
Kedua, dengan cara penggunaan platform secara ramai-ramai seperti itu, produk buatan pabrikan akan bisa saling berbagi akses teknologi yang digunakan secara bersamaan pula. Misalnya teknologi koneksi antar kendaraan.
Mengutip sumber-sumber di Toyota, media itu menyebut Arene akan mengontrol komponen dasar mulai dari roda kemudi, rem dan akselerator. Selain itu akan mengelola sistem keselamatan serta informasi lokasi dan lalu lintas pada kendaraan yang menggunakannya.
Terlebih sistem operasi (OS) Toyota itu menawarkan kemudahan ke konsumen yakni dapat memperbarui sistem secara online dan mudah, layaknya pembaruan perangkat lunak ponsel cerdas. Pabrikan yang dikomandoi Akio Toyoda ini membayangkan layanan dari berbagai bisnis ditambahkan ke mobil semudah mengunduh aplikasi smartphone.
Persaingan ketat
Seperti dilaporkan Nikkei, Toyota saat ini menghadapi persaingan dengan berbagai pabrikan untuk berpacu menghasilk an perangkat lunak sebagai basis dari fitur cerdas di mobil. Antara lain dengan Volkswagen, yang saat ini sedang mengerjakan sistem operasi “vw.os” dan Daimler, yang berencana untuk meluncurkan MB.OS di mobil buatannya pada tahun 2024 nanti .
Begitu pula dengan General Motors juga sedang mengembangkan OS yang dapat diperbarui secara instan melalui internet. Bahkan sistem itu diperkirakan menghasilkan fulus senilai US $35 miliar pada tahun 2025.
Sementara, Tesla kini sedang mengembangkan perangkat lunak dan sistem yang memungkinkan mobil buatannya bis mengemudi sendiri alias tanpa kendali supir. Seperti halnya Toyota, Tesla juga bertujuan untuk memasarkan sistem itu ke perusahaan lain.
Perusahaan teknologi seperti Apple – yang dikabarkan sedang mengerjakan kendaraan otonom – dan Google, kini telah aktif membawa model bisnis yang berhasil di smartphone ke industri otomotif. Dengan kata lain persaingan menambah nilai kendaraan telah bergeser dari perangkat keras – seperti mesin dan roda gigi konvensional – ke perangkat lunak yang mengendalikannya.
Lux Research – perusahaan riset yang berbasis di Amerika Serikat – memperkirakan elektronik dan perangkat lunak akan menyumbang 50% dari harga kendaraan pada tahun 2030. Sebelumnya, di tahun 2000, kontribusi perangkat lunak itu ke total harga masih 20%. (Jrr/Aa)
Mengawali kiprah di dunia jurnalistik sebagai stringer di sebuah kantor berita asing. Kemudian bergabung dengan media di bawah grup TEMPO Intimedia dan Detik.com. Sejak 2021 bergabung dengan Mobilitas.id