Molsheim, Mobilitas – Kesohoran nama mobil asal Molsheim, Prancis – Bugatti – sebagai mobil supercanggih dengan harga selangit telah berkumandang nyaring di berbagai pelosok dunia. Namun, nyaris tak ada yang tahu siapa sosok penilai mobil buatan pabrikan Automobiles Ettore Bugatti itu layak atau tidak untuk diserahkan ke pembelinya.
Padahal, penetapan status kelayakan itu sangat penting, pasalnya menyangkut keamanan dan kenyamanan bagi para penggunanya. Karenanya sosok yang menentukan status tersebut – dengan melalui serangkaian tes kemudi alias test drive – merupakan figur penting yang sangat dipercaya karena di tangannyalah aspek kelayakan itu dipastikan.
Adalah Steve Jenny, pria yang berperan sebagai sosok penentu itu. Dia merupakan seorang test driver mobil Bugatti yang telah melakoni pekerjaan di pabrikan yang didirikan oleh Ettore Bugatti pada tahun 1909 itu.
Jenny yang awalnya seorang karyawan perusahaan pembuat komponen untuk motorsport Mahle dan BBS itu, memang mengidamkan bisa mengemudikan sekaligus memiliki mobil Bugatti. Namun, dia menyadari impian itu terlalu tinggi baginya, karena harga mobil tersebut sangat jauh dari kemampuan finansialnya.
Hingga suatu saat di tahun 2004, Bugatti membuka lowongan pekerjaan dan Jenny mengetahuinya. Tanpa berpikir panjang, dia melamarnya dan diterima pada Mei 2004.
Kala itu yang ada di benaknya hanyalah “tak memiliki pun tak masalah, yang penting dekat dan mendekati secara langsung mobil impian”. Tak dinyana, Bugatti menempatkannya di bagian kontrol kualitas produk, dan lebih khusus lagi sebagai penguji jalan alias test driver mobil Bugatti yang telah selesai diproduksi sebelum diserahkan ke pembeli.
Dengan kata lain, Jenny bertugas memastikan kelayakan mobil-mobil tersebut. Dia pun girang bukan kepalang ketika pertama mendapat kabar tentang pekerjaan itu. Sebab, impian untuk mengemudi (walau tak memiliki) mobil idaman akhirnya menjadi kenyataan.
Sudah 217 mobil
Sejak pertama bergabung dengan pabrikan tersebut, Jenny menguji jalan setiap mobil baru yang diproduksi Bugatti. Termasuk mobil kondang Bugatti seperti Bugatti Veyron, Chiron, dan Divo.
Tercatat sejak September 2005, Jenny mulai menguji setiap Veyron setelah pemeriksaan teknis terakhir untuk memastikan semua produksi telah berjalan dengan sempurna. Proses pengujian menempuh jarak sekitar 300 km dengan membawa hypercar itu melaju kencang melibas segala kondisi.
Serangkaian pengetesan itu dilakukan untuk memastikan kelayakan aspek aerodinamika mobil, performa mesin, akselerasi, kelincahan manuver, kestabilan, fungsi pengereman dan berbagai fitur keamanan, hingga kenyamanan kabin, dan sebagainya.
Lintasan yang dilewati pun memiliki beragam karakter. Mulai jalanan berbatu, jalanan kota, hingga landasan pacu tertutup di bandara Colmar di Prancis. Tujuannya, untuk mengetahui kemampuan mobil saat digeber, yang kecepatan pengetesan hingga 300 kilometer per jam atau lebih.
Setelah tes awal 300 km kelar digelar dengan hasil gemilang, mobil dibawa kembali ke pabrik Bugatti di mana oli girboks diganti dan velg baru dipasang. Jika semua telah dilakukan, mobil pun dinyatakan layak dan siap diserahkan ke pelanggan.
“Sebab sebuah mobil dengan personalisasi yang tinggi yang dibuat secara handcrafted seperti itu, semuanya harus sem purna. Tujuan kami adalah untuk memperbaiki bahkan memberikan kritik terkecil sebelum perusahaan mengirimkan mobil. Hanya dengan begitu pelanggan kami akan senang,” ujar Jenny pada suatu waktu.
Sebuah pernyataan yang layak didengarkan. Terlebih hingga kini sudah 217 mobil Bugatti dari berbagai model telah diuji Jenny. (Berbagai sumber/Aa)
Mengawali kiprah di dunia jurnalistik sebagai stringer di sebuah kantor berita asing. Kemudian bergabung dengan media di bawah grup TEMPO Intimedia dan Detik.com. Sejak 2021 bergabung dengan Mobilitas.id