Jakarta, Mobilitas – Total populasi mobil listrik (yang terdiri dari mobil listrik baterai atau BEV dan mobil plug-in hybrid) tercatat terus bertambah secara cepat sejak tahun 2012. Hingga akhir tahun 2021 lalu jumlah populasi mobil itu mencapai 16,5 juta unit.
Bahkan data Annualy Global Electric Vehicle Outlook berdasar hasil riset sejumlah lembaga lingkungan yang didukung United Nations Environment Programme (UNEP) menunjukkan, sepanjang Januari hingga Maret atau kuartal pertama tahun 2022 ini, ada tambahan jumlah sebanyak 2,013 juta unit. Sedangkan hingga akhir 2021 totalnya mencapai 16,5 juta unit.
“Meskipun ada masalah pada rantai pasokan global, penjualan terus meningkat pesat hingga tahun 2022, dengan 2,013 juta mobil listrik terjual di seluruh dunia pada kuartal pertama, naik tiga perempat dari periode yang sama tahun sebelumnya,” bunyi keterangan riset tersebut yang dikutip Mobilitas, Senin (6/6/2022).
Dengan demikian, total populasi mobil berteknologi sumber tenaga dari setrum itu mencapai 18,5 juta unit lebih. Dan jumlah terbanyak ada di Republik Rakyat Cina (Cina).
Data menunjukkan sepanjang tahun 2021 saja, total penjualan mobil elektrifikasi di Cina – atau disebut sebagai New Energy Vehicle (NEV) mencapai 3,3 juta unit lebih. Pada saat yang sama di Eropa mencapai 2,3 juta unit, di Amerika Serikat 630.000 unit, dan sisanya di sejumlah negara Asia-Pasifik.
Analis industri di Bursa Saham Shanghai Lie Junya menyebut, keberhasilan industri di Cina dalam menggaet hati masyarakat untuk menggunakan mobil listrik tidak terlepas dari strategi harga yang lebih terjangkau.
“Di Cina harga mobil listrik hanya lebih mahal 10 persen dari harga mobil konvensional. Bentuknya menarik, dengan dimensi yang ringkas juga menjadi daya tarik tersendiri. Apalagi, kebijakan pemerintah (Cina) mendorong penggunaan mobil ramah lingkungan ini,” papar dia.
Harga tersebut sangat berbeda dengan harga mobil yang sama di negara-negara lain yang selisihnya mencapai 45 persen bahkan hingga 50 persen dibanding harga mobil konvensional. Selain itu, ongkos produksi di Cina juga jauh lebih rendah dibanding di negara lain.
“Ini tidak lepas dari kebijakan pemerintah yang memberikan kemudahan akses ke bahan baku. Terutama baterai yang memiliki porsi terbesar dalam biaya produksi yaitu 40 persen hingga 50 persen. Baterai tersedia melimpah di dalam negeri (Cina), seiring ekspansi investasi besar-besaran pabrikan pembuat baterai untuk menambah bahan baku baterai di sejumlah negara dan kawasan,” ungkap Lie.
Selain itu, ekosistem mobil listrik di Cina juga mulai terbentuk dengan baik. Pabrikan pembuat mobil saling bekerjasama terutama dalam layanan purna jual serta membangun sistem pertukaran baterai. Lembaga asuransi, perusahaan pembiayaan pun demikian.
Fakta yang terjadi di Cina ini berbeda dengan di sebagian besar negara berkembang dan sedang berkembang di mana hanya beberapa model mobil listrik saja yang tersedia. Harganya pun sulit atau bahkan tidak terjangkau bagi konsumen secara umum. (Jrr/Aa)
Mengawali kiprah di dunia jurnalistik sebagai stringer di sebuah kantor berita asing. Kemudian bergabung dengan media di bawah grup TEMPO Intimedia dan Detik.com. Sejak 2021 bergabung dengan Mobilitas.id