Jakarta, Mobilitas – Meski sebuah riset yang dilakukan oleh perusahaan intelijen pasar otomotif – S&P Global Mobility – menyebut sebagian besar konsumen mobil listrik Tesla merupakan konsumen loyal, namun ternyata ada pula yang ingin meninggalkannya dan kembali ke mobil konvensional.
Data riset S&P Global yang dikutip YouTube EV Buyers Guide belum lama ini, dan dikutip Mobilitas di Jakarta, Selasa (27/8/2024) menunjukkan sekitar 70 persen pemilik mobil Tesla akan memilih varian model Tesla lainnya jika membeli mobil baru lagi.
Namun, ternyata dari responden yang disurvei perusahaan intelijen pasar ini, 13,5 persen menyatakan tak akan membeli mobil listrik baru Tesla, bahkan ingin kembali membeli mobil konvensional berbahan bakar bensin atau mobil diesel.
Data lengkap hasil riset S&P Global Mobility menyebut survei dilakukan pada 1 Januari 2023 – 19 Februari 2024. Hasilnya, ditemukan fakta dari 60.022 mobil Tesla yang telah dimiliki konsumen, dan berniat dijual atau ditukar tambah.
“Dari jumlah tersebut, 42.244 unit atau sekitar 70,4 persen ingin digantikan oleh varian model baru (mobil) Tesla lainnya. Artinya, mereka menjual mobil Tesla lama miliknya dan membeli mobil baru merek Tesla lagi,” jelas hasil survei itu.
Sementara, 6.385 unit atau 10,6 persen yang akan dijual pemiliknya dan akan diganti dengan mobil listrik merek lain. Sedangkan 8.103 unit atau 13,5 persen dijual dan ingin digantikan dengan mobil baru yang berteknologi konvensional atau mobil berpembakaran internal dengan bahan bakar bensin atau solar (diesel).
“Adapun yang menjual mobil Tesla miliknya dan ingin berganti dengan mobil berteknologi hybrid dan plug-in hybrid sebanyak 3.290 orang atau 5,4 persen,” jelas S&P Global Mobility.
Hasil riset yang menunjukkan adanya kecenderungan pemilik mobil listrik kembali ke mobil konvensional juga ada di riset McKensey Mobility Consumer pada Juni 2024.
Laporan laman Drive yang mengutip hasil riset itu dan disitat Mobilitas di Jakarta, Selasa (27/8/2024) menyebut dari 30.000 responden pemilik mobil listrik yang disurvei di berbagai negara – termasuk Australia – 49 persen menyatakan sangat mungkin kembali ke mobil mobil bensin atau diesel.
Infrastruktur pengisian daya baterai yang kurang baik, dan biaya kepemilikan yang mahal menjadi alasannya. Alasan infrastruktur diungkap 35 persen responden, dan biaya kepemilikan yang mahal 34 persen. (Anp/Aa)
Mengawali kiprah di dunia jurnalistik sebagai stringer di sebuah kantor berita asing. Kemudian bergabung dengan media di bawah grup TEMPO Intimedia dan Detik.com. Sejak 2021 bergabung dengan Mobilitas.id