Jakarta, Mobilitas – Mengusung tema “EcoActivism, Saatnya Beraksi Jaga Bumi” Toyota Eco Youth (TEY) ke-13 ini berfokus pada upaya generasi muda melakukan dekarbonisasi.
Sejak tahun 2024 lalu TEY ke-13 sudah memasuki tahapan pendampingan finalis 25 besar proposal terbaik TEY oleh Toyota Indonesia (PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia dan PT Toyota-Astra Motor/TMMIN). Pendampingan dilakukan dengn menyambangi sekolah-sekolah yang masuk dalam daftar finalis.
“Setelah sebelumnya menyambangi beberapa kota diantaranya Mojokerto, Surabaya, Balikpapan, dan Manado, aktivitas pendampingan melalui kunjungan langsung, hari ini (Kamis,23 Januari 2025) berlangsung di Kota Makassar,” bunyi keterangan PT TMMIN yang ditetima Mobilitas di Jakarta, Senin (27/1/2025).
Wakil Presiden Direktur TMMIN Bob Azam menegaskan, Toyota Indonesia sangat mengapresiasi proposal-proposal lingkungan dari para sekolah finalis TEY ke-13. Terlebih, proposl-proposal itu dilandasi ide-ide kreatif, bersifat inovatif dan sejalan dengan upaya dekarbonisasi di era transisi energi saat ini.
“Toyota Eco Youth merupakan cerminan komitmen kami dalam mendukung generasi muda Indonesia untuk menjadi bagian dari solusi atas tantangan lingkungan global. Dengan tema ‘EcoActivism, Saatnya Beraksi Jaga Bumi,’ kami ingin menanamkan semangat bahwa kegiatan melakukan dekarbonisasi tidak hanya berdampak menurunkan emisi karbon, tetapi juga dapat menciptakan peluang baru yang bermanfaat bagi ekonomi masyarakat,” papar Bob.
Bob mengatakan Toyota yakin dengan bimbingan yang tepat, ide-ide kreatif dari generasi muda dapat berkembang menjadi aksi nyata yang berdampak besar bagi keberlanjutan. Khususnya di era transisi energi saat ini.
Salah satu finalis dlm TEY ke-13 ini dan disambangi TMMIN adalah SMAN 21 Makassar. Sekolha ini mengajukan proposal berjudul “Aksi Ecology Bio-simpfuel: Energi Terbarukan Berbahan Dasar Buah Simpalak.” Dengan berfokus pada produksi Bio-simpfuel dari limbah organik buah Simpalak (Bintaro) melalui proses fermentasi dan distilasi.
Buah Simpalak berasal dari tanaman yang fungsinya lebih kepada tanaman peneduh dan tidak dapat konsumsi oleh mahluk hidup. Karena itu, keberadaan buah Simpalak lebih cenderung dikategorikan sebagai limbah karena banyak berjatuhan di jalan dan masyarakat tidak mengetahui cara mengolah buah tersebut selama ini.
Biji buah Simpalak kemudian dimanfaatkan sebagai bahan bakar energi terbarukan yang dapat mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil. Selain itu. pemanfaatan buah ini juga memberikan kontribusi positif terhadap lingkungan dengan mengurangi limbah organik karena sisa produksi dapat dijadikan pupuk. (Jrr/Aa)
Mengawali kiprah di dunia jurnalistik sebagai stringer di sebuah kantor berita asing. Kemudian bergabung dengan media di bawah grup TEMPO Intimedia dan Detik.com. Sejak 2021 bergabung dengan Mobilitas.id