Bisnis

Tiga Bulan Pertama 2024, Penjualan Isuzu dan Hino di RI Loyo

×

Tiga Bulan Pertama 2024, Penjualan Isuzu dan Hino di RI Loyo

Share this article
Ilustrasi, logo Hino - dok.Mobilitas

Jakarta, Mobilitas – Pasar kendaraan niaga, khususnya truk selama Januari hingga Maret 2024 masih dalam kondisi lesu akibat laju bisnis sektor yang menjadi penyerap kendaraan ini juga tak menderu.

Akibat kondisi kinerja bisnis yang seperti itu, banyak pabrikan truk di Indonesia yang membukukan lemahnya penjualan. Dua diantaranya adalah merek sohor Isuzu dan Hino.

Data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) yang dikutip Mobilitas di Jakarta, Minggu (14/4/2024) menunjukkan selama tiga bulan pertama atau kuartal pertama 2024 itu, total penjualan kendaraan Isuzu ke diler (wholesales) sebanyak 6.846 unit. Jumlah ini ambles hingga 23,8 persen dibanding total wholesales yang dibukukannya selama periode sama di tahun 2023.

Sementara, total penjualannya ke konsumen (penjualan ritel) sebanyak 6.813 unit. Total angka penjualan yang diraup kendaraan niaga yang dijajakan oleh PT Isuzu Astra Motor Indonesia (PT IAMI) ini ambles 18,0 persen dibanding jumlah angka wholesales yang berhasil diseroknya pada periode sama di tahun 2023.

Pada saat yang sama, kinerja penjualan kendaraan niaga Hino setali tiga uang. Fakta data bernicara, selama kuartal pertama 2024 itu, total angka wholesales yang dikantongi Hino hanya 4.538 unit, ambles 41,6 persen dibanding tiga bulan pertama 2023.

Tiga Bulan Pertama 2024, Penjualan Isuzu dan Hino di RI Loyo

Sedangkan total penjualan ritel yang dicetaknya sebanyak 5.849 unit. Total angka penjualan langsung dari dealer ke konsumen itu anjlok 28,5 persen dibanding jumlah penjualan ritel yang dikemasnya selama Januari – Maret 2023.

Ihwal loyonya penjualan kendaraan niaga (terutama truk) di Tanah Air ini, Ketua I Gaikindo Jongkie Sugiarto, yang dihubungi Mobilitas di Jakarta, Minggu (14/4/2024) menyebut karena kondisi sektor bisnis penyerap truk masih lesu. Menurut Jongkie komoditas hasil produksi pertambangan dan perkebunan yang harganya masih tertekan di pasar globa membuat penyerapan truk melemah.

“Para pelaku usaha di sektor itu menilai masih belum saatnya untuk menambah armada angkutan. Apalagi, penyelenggaraan Pemilu (Pemilihan Umum) sampai saat ini proses finalnya masih menjadikan pelaku bisnis wait and see. Kita beruntung, karena sektor logistik khususnya untuk barang konsumsi dan manufaktur penghasil produk untuk konsumsi masih menggeliat,” kata Jongkie.

Sekadar informasi, selama Januari – Februari total wholesales truk di Indonesia sebanyak 9.926 unit, anjlok 37 persen dibanding periode sama di tahun lalu. Adapun total penjualan ritelnya sebanyak 10.373 unit, anjlok 33 persen dibanding total penjualan ritel selama periode sama di 2023. (Din/Aa)