Jakarta, Mobilitas – Meski total penjualan kendaraan komersial truk dan bus sepanjang Januari – September 2024 melemah, namun Mitsubishi Fuso masih menjadi pemimpin pasar dengan pangsa pasar terbesar.
Data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) yang dikutip Mobilitas di Jakarta, Kamis (7/11/2024) menunjukkan, selama periode Januari – September total jumlah truk (gabungan semua merek) yang terjual ke konsumen (penjualan ritel) di Tanah Air sebanyak 47.754 unit. Jumlah ini merosot 20 persen dibanding total penjualan ritel truk pada periode sama di tahun 2023, yang masih sebanyak 59.603 unit.
“Untuk total penjulan Commercial Vehicle (truk dan bus) Fuso msih menjadi market leader (pemimpin pasar), dengan market share (pangsa pasar) sebesar 38,3 persen,” ungkap General Manager PT Krama Yudh Tiga Berlian Motor (PT KTB), Totok Sudaryanto, saat dihubungi Mobilitas di Jakarta, Kamis (7/11/2024).
Ihwal masih turunnya total penjualan truk (gabungan semua merek) di periode sembilan buln pertama 2024 itu, Totok menyebut ada sejumlah faktor penyebabnya. Suku bunga kredit yang masih belum turun meski Bank Indonesia beberapa waktu lalu telah memangkas suku bunga acuan menjadikan para pelaku usaha menunggu kepastian sebelum membeli truk.
“Perusahaan atau lembaga keuangan banyak yang masih selektif dalam memberikan pembiayaan kredit,” ucap Totok.
Selain itu, mereka juga menunggu realisasi belanja pemerintah. “Sebab, belanja pemerintahan baru ) di bawah Presiden Prabowo Subianto) bakal menjadi trigger (pemicu) bergeraknya semua sektor ekonomi,” ujar Totok.
Faktor lainnya yang juga menjadikan kalangan pelaku usaha bersikap wait and see (menunggu) sebelum melakukan ekspansi usaha (termasuk belanja modal sarana transportasi truk) adalah proses dan hasil Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada).
“Kami berharap Pilkada berjalan lancar, sehingga pemerintah yang baru segera gaspol dalam mengimplementsikan belanja negara untuk berbagai proyek dan menjadi stimulus pertumbuhan ekonomi,” tandas Totok.
Namun, faktor penting yang juga menjadi pengusha menahan pembelian truk adalah kondisi di bisnis perkebunan kelapa sawit. “Cuaca juga juga berdampak ke sektor perkebunan, khususnya kelapa sawit. Padahal sektor ini banyak berkontribusi dalam permintaan kendaraan niaga,” imbuh Totok. (Jrr/Aa)