Jakarta, Mobilitas – Toyota Motor Corporation di Cina bersama mitra lokalnya, Guangzhou Automobile Group Company (GAC) merumahkan (PHK) 1.000 orang karyawannya.
Laporan Yicai Global yang dikutip Mobilitas, di Jakarta, Sabtu (5/8/2023) menyebut Lembaga Regulator Pasar dan Pengawas Mutu Produk yang merupakan lembaga pemerintah Cina menyatakan 1.000 orang lebih karyawan itu merupakan pekerja di pabrik mobil listrik kongsi Toyota dan GAC. Pabrikan ini disebut memiliki 19.000 karyawan.
“GAC Toyota akan menyesuaikan jumlah karyawannya berdasarkan kondisi pasar dan kebutuhan pengembangan mobil listrik yang dibuatnya. Artinya, alasan penghentian kontrak karyawan itu untuk menyesuaikan antara produksi dengan penyerapan oleh pasar,” bunyi keterangan lembaga itu.
Pernyataan serupa diungkap juru bicara Toyota Motor di Cina, yang menyebut karyawan yang di-PHK itu merupakan karyawan kontrak. “Mereka diberhentikan sebelum berakhirnya kontrak mereka mengingat situasi produksi saat ini,” ujar dia.
Sementara, perusahaan patungan Toyota-GAC yang didirikan pada 2004 lalu itu, pabriknya berkapasitas produksi hingga 1 juta unit per tahun. Sedangkan, selama Januari hingga Juni atau semster pertama tahun ini perusahaan itu hanya menjual 452.000 unit mobil, melorot 9,5 persen dibanding enam bulan pertama di 2022.
Toyota di Negeri Tirai Bambu itu, itu hanya menjual 1.019 SUV Toyota bZ4X. Jumlah ini jauh di bawah penjualan mobil setrum buatan BYD, Tesla, bahkan Volkswagen dan Nio.
Sekadar informasi, data Asosiasi Mobil Penumpang Cina (CPCA) dan Asosiasi Pabrikan Mobil Cina (CAAM) yang dikutip Mobilitas, di Jakarta, Sabtu (5/8/2023) menunjukkan, selama Januari- Juni tahun ini mobil elektrifikasi (terdiri dari mobil plug-in hybrid dan mobil listrik murni atau BEV) yang terjual di Cina mencapai 3.089.000 unit. Jumlah ini melonjak 44,7 persen lebih dibanding tahun lalu.
Dari jumlah tersebut, 2.093.000 unit merupakan mobil listrik baterai alias listrik murni (BEV). Sedangkan 996.000 unit merupakan mobil elektrifikasi plug-in hybrid.Artinya, pasar mobil listrik di negeri berpenduduk 1,43 miliar jiwa itu masih oke.
Lantas, apakah mobil listrik hasil produksi Toyota-GAC di Cina itu bisa diimpor Indonesia dengan fasilitas pembebasan pajak seperti yang diungkap Menteri Perindustrian (Menperin) belum lama ini?
“Soal bisa diimpor atau tidak itu tentunya yang tahu persis Toyota Indonesia, dan prinisipalnya yaitu Toyota Motor Corporation di Jepang. Karena untuk memasarkan produk tentu mereka punya strategi dan perencanaan produk berdasar kebutuhan market mereka,” papar kolega Mobilitas di Kementerian Perindustrian, saat dihubungi di Jakarta, Sabtu (5/8/2023).
Sedangkan, jika diimpor apakah mendapatkan fasilitas pembebasan pajak? Sang kolega menyebut, salah satu syarat untuk mendapatkan fasilitas itu adalah, bahwa pengimpor merupakan pabrikan yang telah berinvestasi atau telah berkomitmen kuat untuk berinvestasi mobil listrik di Indonesia.
“Sehingga, meskipun belum jalan pabriknya (mobil listrik), tetapi kalau sudah ada komitmen kuat untuk realisasi investasi tentu bisa mendapatkan fasilitas bebas pajak ini,” tandas dia. (Jan/Aa)
Mengawali kiprah di dunia jurnalistik sebagai stringer di sebuah kantor berita asing. Kemudian bergabung dengan media di bawah grup TEMPO Intimedia dan Detik.com. Sejak 2021 bergabung dengan Mobilitas.id