Toyota Ogah Teken Deklarasi COP26, Ngeles Begini

0
5360
Produksi mobil di pabrik Toyota - dok.BBC

Glasgow, Mobilitas – Meski telah selesai digelar namun United Nation Climate Change Conference of the Parties (COP26) yang dilansungkan di Glasgow, Skolandia pada 31 Oktober – 13 November kemarin masih menyisakan cerita sejarah yang menarik.

Pasalnya di balik pernyataan yang menyebut 33 negara dan 11 produsen otomotif telah menandatangani Deklarasi Glasgow tentang Mobil dan Van Tanpa Emisi, ternyata ada juga yang menolaknya.

Seperti dilaporkan laman Government UK, Senin (15/11/2021) sebelas produsen yang meneken deklarasi itu beberapa di antaranya merupakan pabrikan besar yang kondang di dunia. Mereka antara lain Ford, Mercedes-Benz, General Motors, dan Volvo Cars.

“Beberapa negara, sejumlah manufaktur otomotif, dan pemerintah negara-negara di dunia akan berkomitmen untuk mencapai nol emisi di semua mobil dan van baru pada tahun 2040 di seluruh dunia. Bahkan menyepakati nol emisi di pasar terkemuka paling lambat tahun 2035,” tulis laman itu mengutip pernyataan resmi deklarasi COP26 tersebut.

Ilustrasi, Volkswagen – dok.Autocar

Namun dua pabrikan besar yang selama ini menjadi pemuncak di daftar produsen mobil terbesar di dunia – berdasar penjualan yakni Toyota dan Volkswagen (VW) menolak menekennya. Alasannya, sebagian besar negara dan wilayah maupun masyarakat dunia masih belum siap untuk menerapkan tatanan mobil tanpa emisi.

Seorang juru bicara Toyota kepada Reuters, Kamis (11/11/2021), mengatakan perusahaanya akan menjalankan tatanan seperti itu jika infrastruktur energi dan pengisian daya, ekonomi, dan kesiapan pelangan telah ada.

“Kami siap untuk mempercepat dan membantu mendukung dengan kendaraan nol-emisi yang sesuai. Namun, di banyak wilayah di dunia seperti Asia, Afrika, Timur Tengah … lingkungan yang cocok untuk mempromosikan transportasi tanpa emisi penuh belum ditetapkan,” papar sang Jurubicara.

Logo Toyota – dok.Istimewa via Car.com.cy

“Kami pikir akan membutuhkan lebih banyak waktu untuk membuat kemajuan…; dengan demikian, sulit bagi kami untuk berkomitmen pada pernyataan bersama pada tahap ini,” imbuh dia.

Menurut sebuah penelitian yang diterbitkan oleh Munich Mobility Show pada bulan April lalu, ada perbedaan global yang besar dalam kepemilikan kendaraan listrik. Fakta tersebut menunjukkan penjualan mobil listrik melonjak di Uni Eropa, Cina,dan Amerika Serikat.

Tetapi sebaliknya kumulatif penjualan mobil bertenaga dari setrum hingga akhir tahun 2020 di Amerika Selatan – sebuah wilayah dengan populasi lebih dari 420 juta jiwa kurang dari 18.000 unit. Sementara di benua Afrika, yang merupakan rumah bagi 1,2 miliar orang, hanya 1.509 unit hingga tahun 2020. Itu pun mayoritas di Afrika Selatan.

Ilustrasi penyelenggaraan COP26 di Glasgow, Skotlandia, Inggris – dok.BBC

VW mengatakan waktu untuk mengadopsi kendaraan listrik di masing-masing wilayah dunia akan bervariasi antara satu wilayah dengan wilayah lain. “Karena itu dibutuhkan waktu.Sehingga, masih masuk akal untuk menggunakan mobil bahan bakar sintetis di Amerika Latin hingga tahun 2035,” tandas Chief Executive pabrikan itu,Herbert Diess. (Vto/Aa)