Tujuh Bulan Pertama 2024 Laju Penjualan Pick Up di RI Melambat, Ini Pemicunya

Daihatsu Gran Max Pick Up - dok.Istimewa

Jakarta, Mobilitas – Fakta data memperlihatkan sepanjang periode Januari hingga Juli 2024, penjualan kendaraan niaga jenis pick up dari pabrik ke dealer (wholesales) maupun dari dealer ke konsumen anjlok alias lajunya melambat.

Data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) yang dikutip Mobilitas di Jakarta, Rabu (4/9/2024) menunjukkan pada periode tujuh bulan pertama 2024 itu, jumlah pick up yang terjual ke dealer (wholesales) sebanyak 57.671 unit. Jumlah ini anjlok 22,1 persen dibanding total wholesales pada Januari – Juli 2023.

Sementara, di saat yang sama, jumlah pick up yang terjual dari dealer ke konsumen (penjualan ritel) mencapai 59.398 unit. Jumlah ini anjlok hingga 20,5 persen dibanding total penjualan ritel yang dibukukan oleh kendaraan niaga ringan itu pada tujuh bulan pertama 2023.

Menurut Ketua I Gaikindo, Jongkie Sugiarto, penurunan penjualan disebabkan dua faktor. Pertama, kondisi pasar penyerap kendaraan pick up yang lesu.

Ilustrasi, Suzuki New Carry Pick Up yang juga diekspor ke Vietnam – dok.PT SIS

“Penyerap kendaraan, terutama low pick up, adalah sektor logistik. Meskipun sektor ini masih menggeliat, namun pelakunya menahan pembelian kendaraan baru. Mengapa? Karena sektor ini juga dibayangi oleh daya beli konsumen yang melemah. Sehingga pelaku usaha pikir-pikir untuk membeli kendaraan baru,” ungkap Jongkie saat dihubungi Mobilitas di Jakarta, Rabu (4/9/2024).

Faktor kedua, lembaga pembiayaan kredit (leasing maupun bank) selektif dalam memproses persetujuan pembiayaan. Hal ini dikarenakan kondisi sektor bisnis yang digeluti pelaku usaha (yang juga pengguna pick up) juga sensitif atau rentan terhadap gejolak yang diakibatkan melemahnya daya beli konsumen.

Pernyataan serupa diungkap Direktur Eksekutif Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira Adhinegara yang dihubungi Mobilitas di Jakarta, Rabu (4/9/2024).

“Indikator kuat dari melemahnya daya beli itu adalah deflasi (penurunan harga di suatu wilayah, karena berkurangnya uang beredar di wilayah tersebut) selama empat bulan terakhir (Mei – Agustus). berkurangnya uang beredar karena tingkat belanja masyarakat menurun, ini dipicu tingkat konsumi turun sebab daya beli yang melemah,” papar Bhima.

Pickup DFSK Super Cab – dok.DFSK

Sebelumnya, BPS pada 2 September 2024 merilis data Indeks Harga Konsumen (IHK) yang menyebut selama Agustus tahun ini terjadi deflasi bulanan 0,03 persen. Sedangkan inflasi tahunan hanya 2,12 persen.

“Turunnya inflasi inti itu pertanda daya beli turun. Kalau seperti ini, wajar pelaku usaha terpukul. Sehingga, belanja barang modal (termasuk kendaraan pick up) juga ditunda,” tandas Bhima. (Fan/Aa)