Jakata, Mobilitas – Sepanjang Januari hingga Mei tahun ini total penjualan mobil Toyota ke diler (wholesales) naik 10,9 persen dibanding 2022.
Data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) yang dikutip Mobilitas, di Jakarta, Sabtu (24/6/2023) menunjukkan selama lima bulan pertama itu total wholesales mobil Toyota sebanyak 135.473 unit. Dengan total penjualan sebanyak itu, mobil yang dijajakan oleh PT Toyota Astra Motor (TAM) ini meraup pangsa pasar di dalam negeri hingga 32 persen.
Sementara, total wholesales mobil (kendaraan bermotor roda empat atau lebih) yang dijual oleh seluruh pabrikan atau merek, di saat yang sama, mencapai 423.404 unit. Jumlah ini meningkat 6,9 persen dibanding periode sama di tahun lalu (year on year).
Meski secara total wholesales Toyota meningkat, namun ternyata tidak semua model mobil yang dijajakan TAM menvatatkan naiknya penjualan. Ada tujuh mobil yang penjualannya malah ambles dibanding Januari – Mei 2022 lalu.
Pertama, Toyota Kijang Innova yang total wholesales-nya 19.293 unit (merosot 4,2 persen year on year). Kemudian, Toyota Veloz yang meraup angka wholesales 9.838 unit (ambles 40,9 persen).
Ketiga, Toyota Raize 7.244 unit (ambles 14,6 persen). Keempat dan kelima, Toyota Yaris dan Toyota Voxy yang masing-masing mengantongi angka wholesales 960 (ambrol 50,1 persen) dan 794 unit (ambles 16,9 persen).
Sedangkan keenam dan ketujuh adalah Toyota Corolla dan Toyota Land Cruiser 300. Mereka di lima bulan pertama itu hanya meraup angka wholesales 239 unit dan 96 unit, atau menyusut 2,4 persen dan ambrol 50,5 persen dibanding lima bulan pertama di 2022.
“Soal turunnya wholesales atatu istilah lainnya itu distribusi ke diler, ada beberapa penyebab. Pertama, kemungkinan stok yang ada diler dari model itu masih banyak. Sehingga, untuk menjaga agar tidak terjadi penumpukan stok di diler atau istilahnya menjadi kolesterol dalam sirkulasi penjualan produk, maka jumlah model itu yang didistribusikan direm atau dikurangi,” papar salah seorang pengurus Gaikindo, saat dihubungi mobilitas, di Jakarta, Sabtu (24/6/2023).
Penyebab kedua, lanjut dia, karena ada permasalahan di bagian hulu distribusi atau di pabrik. Masalah di bagian ini bisa dikarenakan karena adanya penurunan skala produksi karena model yang bersangkutan telah mendekati usia siklus hidup atau akan diganti yang baru.
Selain itu, bisa dikarenakan adanya kelangkaan pasokan komponen tertentu. Sehingga, produksi terganggu. “Atau bisa juga dikarenakan, model yang bersangkutan sepi respon atau kurang laku di pasar, sehingga pasokan dikurangi. Tetapi ini jika turunnya penjualan ke konsumen itu terjadi secara terus menerus dalam beberapa tahun, kalau Cuma lima bulan atau setahun sih enggak masalah,” tandas sumber tersebut. (Din/Aa)
Mengawali kiprah di dunia jurnalistik sebagai stringer di sebuah kantor berita asing. Kemudian bergabung dengan media di bawah grup TEMPO Intimedia dan Detik.com. Sejak 2021 bergabung dengan Mobilitas.id